Cerpen Persahabatan Antara Cinta Dan Sobat Sejati


Judul : Cerpen Persahabatan Antara Cinta Dan Sobat Sejati
link : Cerpen Persahabatan Antara Cinta Dan Sobat Sejati


Cerpen Persahabatan Antara Cinta Dan Sobat Sejati

Cerita pendek atau yang lebih dikenal sahabat dewasa dengan "Cerpen" merupakan alur kisah simple singkat dengan bahasa biasanya gampang dicerna. Tokoh dan tugas yang diceritakannya pun tidaklah banyak alasannya yaitu harus terangkum padat tapi sarat akan makna. Demikianlah cerpen baik ideal untuk dibaca oleh sahabat, tidak hanya sekedar dongeng biasa.

Judul cerpen persahabatan menarik berjudul "Antara Cinta dan Sahabat" berikut ini menceritakan perihal persahabatan dan cinta antara dua orang yang berteman semenjak usia muda hingga menginjak dewasa seumuran SMP. Berikut kisahnya :

Pagi hari dikala saya terbangun tiba-tiba ada seseorang memanggil namaku. Aku melihat keluar. Dedi temanku sudah menunggu diluar rumah kakekku dia mengajakku untuk bermain sepakbola. “Ayo kita bermain sepakbola ke lapangan.” ajaknya padaku. “Sekarang?” tanyaku dengan sedikit mengantuk. “Besok! Ya sekarang!” jawabnya dengan kesal. “Sebentar saya basuh muka dulu. Tunggu ya!”, “Iya tapi cepat ya” pintanya.

Setelah saya basuh muka, kami pun berangkat ke lapangan yang tidak begitu jauh dari rumah kakekku.“Wah hirau taacuh ya.” kataku pada temanku. “Cuma begini aja hirau taacuh payah kamu.” jawabnya. Setelah hingga di lapangan ternyata sudah ramai. “Ramai sekali pulang aja males nih bila ramai.” ajakku padanya. “Ah! Dasarnya kau aja males ngajak pulang!”, “Kita ikut main saja dengan orang-orang disini.” paksanya. “Males ah! Kamu aja sana saya tunggu disini nanti saya nyusul.” jawabku malas. “Terserah kau aja deh.” jawabnya sambil berlari kearah orang-orang yang sedang bermain sepakbola.

“Ano!” seseorang teriak memanggil namaku. Aku eksklusif mencari siapa yang memanggilku. Tiba-tiba seorang gadis menghampiriku dengan tersenyum manis. Sepertinya saya mengenalnya. Setelah dia mendekat saya gres ingat. “Bella?” tanya dalam hati penuh keheranan. Bella yaitu sahabat satu SD denganku dulu, kami sudah tidak pernah bertemu lagi semenjak kami lulus 3 tahun lalu. Bukan hanya itu Bella juga pindah ke Bandung ikut orang tuanya yang bekerja disana. “Hai masih ingat saya nggak?” tanyanya padaku. “Bella kan?” tanyaku padanya. “Yupz!” jawabnya sambil tersenyum padaku.

Setelah kami ngobrol perihal kabarnya saya pun memanggil Ivan. “Van! Sini” panggilku pada Ivan yang sedang asyik bermain sepakbola. “Apa lagi?” tanyanya padaku dengan malas. “Ada yang dateng” jawabku. “Siapa?”tanyanya lagi, “Bella!” jawabku dengan sedikit teriak alasannya yaitu di lapangan sangat berisik. “Siapa? Nggak kedengeran!”. “Sini dulu aja niscaya kau seneng!”.

Akhirnya Ivan pun tiba menghampiri saya dan Bella. Dengan heran ia melihat kearah kami. Ketika ia hingga dia heran melihat Bella yang tiba-tiba menyapanya. “Bela?” tanyanya sedikit kaget melihat Bella yang sedikit berubah. “Kenapa kok tumben ke Jogja? Kangen ya sama aku?” tanya Ivan pada Bela. “Ye GR! Dia tu kesini mau ketemu aku” jawabku sambil menatap wajah Bela yang sudah berbeda dari 3 tahun lalu. “Bukan saya kesini mau jenguk nenekku.” jawabnya. “Yah nggak kangen dong sama kita.” tanya Ivan sedikit lemas. “Ya kangen dong kalian kan sahabat ku.” jawabnya dengan senyumnya yang manis.

Akhinya Bella mengajak kami kerumah neneknya. Kami berdua eksklusif baiklah dengan permintaan Bela. Ketika kami hingga di rumah Bela ada seorang anak pria yang kira-kira masih berumur 4 tahun. “Bell, ini siapa?” tanyaku kepadanya. “Kamu lupa ya ini kan Dafa! Adikku.” jawabnya. “Oh iya saya lupa! Sekarang udah besar ya.”. “Dasar pikun!” ejek Ivan padaku. “Emangnya kau inget tadi?” tanyaku pada Ivan. “Nggak sih!” jawabnya malu. “Ye sama aja!”. “Biarin aja!”. “Udah-udah jangan pada ribut terus.” Bella keluar dari rumah membawa minuman. “Eh nanti sore kalian mau nganterin saya ke mall nggak?” tanyanya pada kami berdua. “Kalau saya terang mau dong! Kalau Ivan tau!” jawabku tanpa pikir panjang. “Ye bila buat Bella aja eksklusif mau, tapi bila saya yang ajak susah banget.” ejek Ivan padaku. “Maaf banget Bell, saya nggak dapat saya ada latihan nge-band.” jawabnya kepada Bella. “Oh gitu ya! Ya udah no nanti kau kerumahku jam 4 sore ya!” kata Bella padaku. “Ok deh!” jawabku cepat.

Saat yang saya tunggu udah dateng, sehabis berdandan supaya bikin Bella terkesan dan pamit keorang tuaku saya eksklusif berangkat ke rumah nenek Bella. Sampai di rumah Bella saya mengetuk pintu dan mengucap salam ibu Bella pun keluar dan mempersilahkan saya masuk. “Eh ano sini masuk dulu! Bellanya gres siap-siap.” kata dia ramah. “Iya tante!” jawabku sambil masuk kedalam rumah. Ibu Bella tante Vivi memang sudah kenal padaku alasannya yaitu saya memang sering main kerumah Bella. “Bella ini Ano udah dateng” panggil tante Vivi kepada Bella. “Iya ma bentar lagi” teriak Bella dari kamarnya. Setelah selesai siap-siap Bella keluar dari kamar, saya terpesona melihatnya. “Udah siap ayo berangkat!” ajaknya padaku.

Setelah pamit untuk pergi saya dan Bella pun eksklusif berangkat. Dari tadi pandanganku tak pernah lepas dari Bella. “Ano kenapa? Kok dari tadi ngeliatin saya terus ada yang aneh?” tanyanya kepadaku. “Eh nggak apa-apa kok!” jawabku kaget.

Kami pun hingga di daerah tujuan. Kami naik ke lantai atas untuk mencari barang-barang yang diharapkan Bella. Setelah selesai mencari-cari barang yang diharapkan Bella kami pun memtuskan untuk eksklusif pulang ke rumah. Sampai di rumah Bella saya disuruh mampir oleh tante Vivi. “Ayo Ano mampir dulu niscaya capek kan?” ajak tante Vivi padaku. “Ya tante.” jawabku pada tante Vivi.

Setelah waktu kurasa sudah malam saya meminta ijin pulang. Sampai dirumah saya eksklusif masuk kekamar untuk ganti baju. Setelah saya ganti baju saya makan malam. “Kemana aja tadi sama Bella?” tanya ibuku padaku. “Dari jalan-jalan!” jawabku sambil melanjutkan makan. Selesai makan saya eksklusif menuju ke kamar untuk tidur. Tetapi saya terus memikirkan Bella. Kayanya saya suka deh sama Bella. “Nggak! Nggak boleh saya masih kelas 3 SMP, saya masih harus belajar.” bisikku dalam hati.

Satu ahad berlalu, saya masih tetap kepikiran Bella terus. Akhirnya sore harinya Bella harus kembali ke Bandung lagi. Aku dan Ivan tiba ke rumah Bella. Akhirnya keluarga Bella siap untuk berangkat. Pada dikala itu saya menyampaikan bila saya suka pada Bella.“Bella saya suka kamu! Kamu mau nggak kau jadi pacarku” kataku gugup.“Maaf ano saya nggak dapat kita masih kecil!” jawabnya padaku. “Kita lebih baik Sahabatan kaya dulu lagi aja! ”Aku memberinya hadiah kenang-kenangan untuknya sebuah kalung.

Dan akibatnya Bella dan keluarganya berangkat ke Bandung. Walaupun sedikit kecewa saya tetap merasa beruntung mempunyai sahabat menyerupai Bella. Aku berharap persahabatan kami terus berjalan hingga nanti.