Judul : Menerapkan Pendidikan Rasulullah Saw Dalam Kehidupan Sehari-Hari
link : Menerapkan Pendidikan Rasulullah Saw Dalam Kehidupan Sehari-Hari
Menerapkan Pendidikan Rasulullah Saw Dalam Kehidupan Sehari-Hari
Meneladani Nabi sebagai Rasulullah saw sudah tentu bukan hanya dalam aspek ibadah semata, melainkan dalam semua aspek kehidupan, termasuk dalam hal ini meneladani pendidikan. Bila sahabat arena mengaku muslim tetapi dalam hal pendidikan belum mengikuti dan meneladani Rasulullah saw sanggup jadi itu sebuah menandakan keislaman tersebut belum kaffah atau dalam kata lain belum menjadi seorang Muslim yang sesungguhnya.Lalu pertanyaannya bagaimanakah meneladani Rasulullah saw dalam hal pendidikan, mari kita simak apa saja yang harus diterapkan dalam pendidikan yang diisyaratkan Nabi saw:
Pertama, Pendidikan yang diterapkan Rasulullah menghilangkan dikotomi antara pendidikan umum dan agama. Pembedaan ilmu antara ilmu agama (tafsir, hadits, fiqh, dsb) dan ilmu duniawi (matematika, fisika, biologi, ekonomi, dsb) harus diterapkan sebagai pembeda semata, bukan dikotomi; dimana salah satunya diakui sebagai ilmu sedangkan yang satunya lagi bukan ilmu yang harus dipelajari. Ini ditujukan kepada kalangan agamawan yang sering menilai bahwa ilmu itu hanya ilmu agama saja, ataupun kalangan sekuler yang terlanjur menilai bahwa ilmu itu hanya ilmu duniawi saja, sementara agama tidak ada yang ilmiah, yang ada hanya iktikad dan iman kaku.
Kedua, dalam setiap pengajaran ilmu-ilmu duniawi jangan pernah diceraikan dari nilai-nilai robbaniyah / ketuhanan. Sebab pendidikan Rasulullah saw yaitu tarbiyah; mendidik supaya insan mendekat kepada Rabbnya. Pendidikan Rasulullah juga yaitu ta'dzib; mendidik supaya insan beradab beretika di hadapan Rabbnya dan pada semua makhluk-Nya; manusia, hewan, pohon dan lingkungan hidup secara keseluruhan. Dalam pengajaran fisika, biologi, kimia harus ditanamkan kepada anak didik bahwa semua yang terjadi di alam ini yaitu atas pengaturan Allah swt. Dalam mengajarkan ekonomi harus ditanamkan bahwa "adab" atau etika harus senantiasa dijadikan patokan utama bukan laba sebanyak-banyaknya dengan modal sekecil-kecilnya saja.
Ketiga, Pendidikan Rasulullah saw bukan hanya pendidikan formal, melainkan juga pendidikan non-formal dan informal. Pendidikan formal yaitu pendidikan melalui forum yang diakui resmi oleh pemerintah dan mendapat izajah resmi dari pemerintah. Pendidikan non-formal yaitu pendidikan lewat majelis ta'lim, majelis, pengajian, kursus, diklat, dan training. Pendidikan informal yaitu pendidikan keluarga di rumah dan pendidikan oleh masyarakat dalam lingkungan melalui amar ma'ruf nahyi munkar. Semua itu ditempuh oleh Rasulullah saw sebagai sarana dan media pendidikan. Sebab semua aspek kehidupan tidak boleh lepas dari pendidikan menyadarkan insan sebagai hamba Allah swt yang harus mengabdi kepada Rabbnya.
Sebagai orangtua, terperinci merupakan sebuah kesalahan besar bila pendidikan untuk belum dewasa itu difahami hanya sebatas pendidikan formal semata. Ia tidak merasa berdosa bila tidak memasukkan anaknya ke madrasah diniyah, majelis pengajian, memanggil guru privat untuk menambah ilmu agamanya, termasuk juga tidak mendorong anak untuk aktif di organisasi, baik itu intern ataupun ekstern sekolah, dan tidak menyuruh mereka supaya aktif mengikuti acara cukup umur mesjid, rohis, diskusi, seminar, dan pelatihan-pelatihan. Sebuah kesalahan besar juga bila orangtua tidak merasa bahwa dirinya pendidik. Ia tidak memperhatikan perkembangan ilmu dan sopan santun anak-anaknya. Atau ia mengacuhkan pergaulan di lingkungan luar rumahnya. Demikian juga termasuk kesalahan orang renta bila hanya memahami bahwa ia hanya bertanggung jawab terhadap pendidikan anak-anaknya sendiri, tanpa mempedulikan kebobrokan sopan santun di lingkungan daerah tinggalnya. Sebagai seorang muslim, harus menyadari bahwa pendidikan itu bukan hanya formal, tetapi ada juga non-formal dan in-formal.
Sebagai guru sebuah kesalah besar bila merasa kiprah dirinya hanya mengajar semata, itupun dalam mata pelajaran yang ia pegang di kelas suatu sekolah. Padahal sebagai seorang guru tugasnya bukan hanya mengajar, tetapi juga mendidik. Mendidik belum dewasa selama di dalam kelas, di luar kelas di dalam lingkungan sekolah, dan di luar sekolah saat belum dewasa berada dalam lingkungan daerah tinggalnya, tentunya yang sesuai dengan jangkauannya.
Sebagai masyarakat secara umum, merupakan kewajiban untuk membuat budaya mendidik kepada semua lapisan masyarakat, khususnya belum dewasa usia sekolah. Ciptakan budaya amar ma'ruf nahyi munkar di lingkungan setempat, bukan hirau tak hirau yang penting dirinya tidak terganggu.
Keempat, Keutamaan pendidikan Rasulullah saw yaitu uswatun hasanah atau menjadi tauladan yang utama. Sebagai guru, sudah semestinya itu dijadikan metode pendidikan utama. Adalah abnormal sekali bila seorang guru tiba kesiangan, sering tidak mengajar, kalaupun mengajar sesukanya saja tanpa mempedulikan waktu, merokok padahal belum dewasa didik dihentikan merokok, apalagi hingga korupsi uang, waktu dan jabatan. Adalah abnormal bila seorang guru menawarkan teladan malas beribadah, selalu mengakhirkan shalat, berkata kotor, tidak senonoh, berpakaian tidak sesuai syari'at apalagi hingga melegalkan ketidak jujuran lewat penghalalan mencontek dalam ujian.
Sebagai orang renta marilah pendidikan itu dimulai dengan memberi uswah hasanah, menyerupai Rasulullah saw. Sebab uswah hasanah lebih tajam dari perkataan yang paling tajam sekalipun. Demikian juga masyarakat secara umum, berikan teladan yang baik dalam berakhlak, beribadah, dan menghargai ilmu sebaik-baiknya. Sehebat-hebatnya metode pendidikan tetap akan mentok bila ternyata kita selaku pendidik jauh dari uswah hasanah.
Persoalan besar pendidikan bangsa ini yaitu pendidikan karakter. Itu bantu-membantu tidak akan jadi duduk kasus besar bila saja kita semua nrimo menerapkan pendidikan Rasulullah saw dalam kehidupan kita; baik itu dalam lingkungan pendidikan formal, nonformal dan ataupun informal di masyarakat. Demikian juga kita konsisten dengan menawarkan uswatun hasahah (teladan yang baik) bukan malah melegalkan uswah sayyi'ah (contoh yang jelek) dengan sejuta alasan.
Demikian artikel berjudul menerapkan pendidikan rasulullah saw dalam kehidupan sehar-hari. Semoga pembaca arena sahabat sanggup memetik nasihat dan manfaat dari uraian di atas.