Meraih Ampunan Dan Kasih Sayang Allah Swt


Judul : Meraih Ampunan Dan Kasih Sayang Allah Swt
link : Meraih Ampunan Dan Kasih Sayang Allah Swt


Meraih Ampunan Dan Kasih Sayang Allah Swt

Setiap orang yang beriman tentu mengharapkan semoga dosanya sekecil apapun diampuni Allah swt kelak di akhirat, dan kini di dunia mendapat kasih sayang-Nya. Ampunan Allah swt hanya akan diberikan kepada orang yang bertaubat dari dosanya dan melaksanakan istighfar. Oleh alasannya yakni itu bagi orang yang beriman, istighfar (permohonan ampunan) merupakan suatu kemestian atau kewajiban yang bernilai ibadah dan dilarang dilewatkan. Dalam satu riwayat dikatakan: "Janganlah kau merasa diri higienis dari dosa, lantaran hanya Allah lah yang mengetahui siapa di antara kau yang benar-benar higienis dari dosa". Artinya, yang namanya insan tidak terlepas dari berbuat dosa. Walaupun seseorang merasa dirinya tidak berbuat dosa, tetapi tetap ia harus memohon ampunan kepada-Nya. Apalagi jikalau nyata-nyata berbuat dosa yang disengaja atau disadari. Rasulullah saw pun yang dima'sum dari perbuatan dosa, setiap hari dan malam banyak beristighfar, memohon ampunan kepada Allah swt, sekaligus mendidik umatnya semoga melaksanakan hal yang serupa.

Allah azza wa jalla yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang memberi jalan dan membuktikan kepada umat insan cara-cara atau kaifiyyat yang singkat semoga mendapat ampunan dan kasih sayang-Nya, yaitu mewujudkan keta'atan kepada aturan Allah swt dengan mengikuti atau meneladani utusan-Nya. Hal ini sebagaimana dinyatakan dalam al-Qur'an surat Ali Imran : 31
"Katakanlah olehmu Muhammad, jikalau kau sekalian mengasihi Allah, maka ikutilah saya (Rasul), nanti Allah akan mengasihi kau dan mengampuni dosa-dosa kamu, Allah Maha Pengampun dan Maha Penyayang". (QS. Ali Imran : 31).
Akan tetapi, memang sudah menjadi tabi'at umumnya manusia, banyak yang tidak mau jujur mengakui kesalahan diri, walaupun sudah diperingatkan. Bahkan selalu ingin membela diri semoga terhindar dari eksekusi atau cacian orang. Kita mungkon pernah menyaksikan ada orang yang merasa besar hati senyum-senyum dan tertawa ketika berbuat dosa. Atau merasa gagah ketika berbuat jahat. Merasa percaya diri dan merasa menjadi orang modern ketika berpesta pora dalam noda dan dosa. Bukannya menangis atau menyesal atas perbuatan jahatnya itu. Mungkin keceriaan yang ditampakkannya itu hanya kamuflase, akal-akalan higienis dari dosa semoga terhindar dari hukuman. Karena sebetulnya dalam hatinya mengakui atas kesalahannya itu, dan hati kecil atau nuraninya bekerjsama duka merana dan meronta-ronta.

Untuk seorang mu'min tentu kebahagiaannya bukan terletak pada bahan semata, tetapi alangkah bahagianya jikalau terlepas dari dosa, kemudian ada di dalam mahabbah atau kecintaan Allah swt. Akan tetapi bagaimanakah caranya, dan apa yang harus diamalkan semoga sanggup meraih ampunan dan mahabbah Allah itu?
Salah seorang ulama, Ibnu Taimiyyah menyampaikan dalam kitabnya Fathul Majid, halaman 403 mengenai cara-cara yang sanggup menjadi sebab datangnya kasih sayang Allah swt dan apa saja yang harus dilakukan seorang hamba untuk meraih mahabbah-Nya, yaitu:
  1. Sering membaca al-Qur'an, kemudian mentadabburinya, dan memahami makna-maknanya dan memahami maksud dan tujuan ayat-ayatnya itu. 
  2. Sering mendekatkan diri (taqarub) kepada Allah swt dengan cara mengamalkan ibadah-ibadah yang sunat-sunatnya atau nafilahnya sehabis melaksanakan yang fardlunya. Seperti shalat-shalat sunat, shaum sunat, menyembelih binatang qurban pada saatnya, dan ibadah-ibadah sunat lainnya. Hal ini akan sanggup melatih dirinya supaya ringan dalam melaksanakan ibadah yang wajib-wajibnya. 
  3. Mendawamkan dzikir kepada Allah dalam segala hal, baik dzikir dengan lisan, hati dan amal perbuatan. Dan dzikir yang hakiki yakni higienis jiwa, hadirnya hati, dan hidupnya hati nurani dengan aturan Allah swt. Sehingga aktifitas apapun selalu ingat kepada aturan Allah swt. 
  4. Mengutamakan mengerjakan dan melaksanakan apa-apa yang disukai dan diridhai Allah daripada mengutamakan apa yang menjadi kesenangan dirinya. 
  5. Selalu introspeksi, mawas diri, atau menghisab diri dan membersihkan hatinya semoga senantiasa sesuai dengan aturan Allah swt. 
  6. Mensyukuri segala kenikmatan yang diberikannya dan selalu tahadduts binni'mah. Dipakai dan diperlihatkan sesuai dengan kehendak si pemberi nikmat. 
  7. Selalu merendahkan hatinya di hadapan Allah swt. Artinya tidak menyampaikan kesombongan diri dan ketakabburan. 
  8. Selalu beristighfar dan bertaubat atas segala perbuatan yang telah dilakukan, kalau-kalau terjadi kesalahan atau noda yang diperbuatnya. 
  9. Selektif dalam menentukan teman atau teman yaitu hanya yang sholeh saja. Kemudian menentukan teman yang sanggup menambah ilmu dan mengingatkan akan akhirat. Dan teman atau teman yang menyerupai itu yang akan mempengaruhinya ke arah yang benar, yang mengajak kepada jalan-jalan yang diridhai Allah swt, dan sanggup menjaga lidahnya. Artinya, tidak banyak bicara kecuali pembicaraan yang mendatangkan manfaat maslahat bagi dirinya. 
  10. Dapat menjauhkan diri dari perbuatan-perbuatan yang sanggup menghalangi hatinya dengan Allah swt. Artinya menjauhi perbuatan-perbuatan maksiat yang memang tidak diridhai Allah swt yang hasilnya akan menghalangi rahmat Allah kepada dirinya. 
Itulah antara lain yang diterangkan oleh Ibnu Taimiyyah, kiat-kiat untuk meraih ampunan dan mahabbah Allah swt. Kemudian timbul pertanyaan, adakah tanda-tandanya jikalau seorang hamba dikasih sayang oleh Allah? JIka meneliti keterangan agama, ada satu hadits qudsi yang membuktikan gejala orang yang dikasih sayang oleh Allah, sebagaimana diriwayatkan oleh Imam Bukhari yang diterima oleh Abu Hurairah, Rasulullah saw bersabda:
Sesungguhnya Allah Ta'ala berfirman: "Jika seorang hamba tiada henti-hentinya bertaqarub kepada-Ku dengan mengerjakan amalan-amalan yang sunat-sunatnya, kecuali niscaya saya akan menyayangi hamba itu. Dan jikalau Aku menyayangi seorang hamba, maka Aku akan membimbing pendengarannya yang ia mendengar dengannya, membimbing penglihatannya yang ia melihat dengannya, Aku akan membimbing tangan dan kakinya, yang ia memegang dengan tangannya itu dan melangkah dengan kakinya itu. Jika ia meminta pertolongan kepadaku Aku akan menolongnya, dan jikalau ia meminta pemberian Aku akan melindunginya". (HR. Bukhori).
 Demikianlah gejala orang yang ada dalam mahabbah Allah swt, yaitu gerak-gerik dan tingkah lakunya selalu terbimbing, terarah kepada jalan yang benar, selalu ada dalam pertolongan dan pemberian Allah swt. Semua anggota badannya akan terasa nikmat jikalau dipakai dalam ibadah dan tidak ada kenikmatan dalam berbuat kedurhakaan. Selalu ada dalam perlindunghan Allah swt.
Demikianlah, semoga kita diberi kekuatan untuk mendapat maghfirah dan mahabbah Allah swt. Amin.