Wahyu Itu Inspirasi Ataukah Ilham


Judul : Wahyu Itu Inspirasi Ataukah Ilham
link : Wahyu Itu Inspirasi Ataukah Ilham


Wahyu Itu Inspirasi Ataukah Ilham

Yang disebut insan itu merupakan suatu yang utuh, tak sanggup dibagi-bagi, begitu berdasarkan psikolog. Inilah arti pertama dari argumentasi yang menggaris-bawahi bahwa insan ialah "makhluk individual".
Asal mula kata individu berarti "tidak sanggup dibagi-bagikan". Sosok individual mengandung makna sebagai makhluk yang tidak sanggup dibagi-bagikan (in dividere). Namun demikian, terlepas dari pendapat jago ilmu jiwa yang sementara itu cukup berharga bagi pengetahuan kita, maka pada kubu lain, bangun para filusuf yang mencoba memperlihatkan gambaran gambaran lebih spesifik perihal insan itu.

Aristoteles misalnya, ia beropini bahwa insan itu merupakan penjumlahan dari beberapa kemampuan tertentu yang masing-masing bekerja secara tersendiri, menyerupai kemampuan vegetatif, kemampuan sensitif dan kemampuan intelektual.

Di samping Aristoteles, tampil pula Descartes yang menyatakan bahwa insan terdiri atas zat rohaniah ditambah zat material yang masing-masing mempunyai peraturan-peraturan tersendiri yang malah bertentangan.

Di sela-sela kedua pendapat filusuf di atas, kemudian muncul kaum Asosiasionis yang beropini bahwa jiwa insan terdiri atas unsur-unsur pengalaman sederhana, baik yang menyangkut pengalaman yang sedang berjalan ataupun pengalaman kemudian yang secara mekanis menyeruakkan dalil-dalil asosiasi. Katakanlah semacam refleksi (reflections), sensasi (sensations), gagasan (idea) dan kesan (impressions). 

Melalui pendapat Wilhelm Wundt setidaknya kita akan merasa puas, lantaran minimal kita akan mendapat gambaran insan secara universal dari bambaran universal para jago ilmu jiwa modern (di antaranya ialah Wilhelm Wundt tersebut). Dikemukakan, jiwa insan itu merupakan suatu kesatuan jiwa dan raga yang beaksi sebagai keseluruhan.

Sedangkan usungan-usungan pendapat yang perlu dicernakan dari pendapat jago jiwa modern ialah :
  1. Seandainya insan mengamati sesuatu, maka insan itu perlu melibatkan seluruh minatnya. 
  2. Selain minat tertentu saja ada hal lain yang sifatnya mempengaruhi suasana hati (mood), menyerupai contohnya niat dan kebutuhan insan terhadap dimensi waktu yang dihubungkan dengan apa yang diamati. 
  3. Berjalan pada daerah ini ialah timbulnya aneka macam jalinan pengalaman yang mendorong insan untuk segera menafsirkan apa yang diamati itu sehingga menjadikan semacam tanda-tanda jiwani yang pada puncaknya kelak berakhir melalui karya di mana keberadaannya tentu saja akan menjadikan "wah". Dan bertolak dari hal ini kita akan berhadapan dengan apa yang namanya wahyu, inspirasi dan ilham. 
Dikaji dari segi bahasa, begitu berdasarkan Prof. Dr. Harun Nasution arti wahyu yang berasal dari bahasa Arab Al-Wahy (yang konon benar-benar orisinil milik Arab alias bukan pertolongan dari bahasa asing) ialah berati api, kecepatan dan suara. Sedang Mehdi Khorasani mengemukakan, bahwa arti wahyu yang berasal dari bahasa Arab itu tolong-menolong berarti memberi sugesti, memasukkan sesuatu ke dalam pikiran.

Nah kemudian ada lagi pendapat yang menggaris-bawahi tanda-tanda jiwani sehubungan dengan apa yang dinamakan inspirasi dan ilham. Ini ialah pendapat Prof. DR. Notonagoro. Disimpulkan, arti inspirasi selain sebagai bisikan bathin di mana timbul dengan sendirinya, akan tetapi juga mempunyai runtutan dengan apa-apa yang ada cantolannya dari luar.

Mengenai ilham, selain merupakan petunjuk Tuhan yang terbit dalam hati seseorang, maka tanda-tanda jiwani ini sanggup bercorak lantaran dua alternatif, yakni terbitnya dalam hati lantaran memang diyakini sebagai petunjuk Tuhan yang tiba dengan sendiri dan terbit dalam hati sebagai petunjuk dari Tuhan oleh alasannya adanya permohonan yang sesungguhnya dari seseorang itu sendiri.

Demikianlah, dengan berpijak pada ulasan di atas tolong-menolong kita sanggup mengupas ihwal insan yang bisa terhadap proses kreatif oleh alasannya adanya wahyu, inspirasi dan ilham. Namun demikian ada yang perlu diingatkan, bahwa manakala kita sedang kreatif, dalam arti bahwa ada masukan yang menyusup ke dalam ingatan ternyata tidak lepas dari semacam duras atau singgung krama yang menuntut "keluanya keringat". Ini berarti bahwa daya rangsang tanda-tanda jiwani (bagi kita tentu lebih cocok dikatakan inspirasi dan ilham) kenyataannya tidak mengenal kamus atau istilah "menunggu". Thomas Alva Edison pernah berkata: "Inspirasi hanya 2%, yang 98% ialah keringat".

Begitulah, atas kesadaran pentingnya inspirasi dan ilham, banyak orang yang terlibat untuk memahaminya lebih dalam. Dan merupakan suatu konsensus, kita sanggup menyimpulkan bahwa sebagai tanda-tanda jiwani, inspirasi dan inspirasi banyak digunakan orang dalam hubungannya dengan proses kreasi.

Bagi insan zaman pra-sejarah, zaman kuno maupun zaman modern, tentu saja perlu mengkaji wahyu, inspirasi dan inspirasi itu dengan proses kreasi yang terus berjalan. Maka dalam kehidupan eksklusif seseorang, ketiga tanda-tanda jiwani tersebut bisa dianggap cukup menarik serta sanggup dijadikan semacam contoh kerangka berfikir dan menghaluskan perasaan.

Dan bagi kita sebagai insan biasa, selama kreatifitas ada, tentu saja pada porsinya seandainya bisa menempatkan wahyu, inspirasi dan ilham untuk mengenal dan menemukan indentitas pribadi. Dengan suatu impian bahwa jawaban realistis dan optimis manakala berpacu dengan kreatifitas, kita bisa lebih banyak untuk menyimak aneka macam fenomena yang terus berkembang. Kita memang perlu menyingkap aneka macam tabir kehidupan selama dunia ini sendiri terus berputar.
Demikian, biar bermanfaat untuk rujukan ilmu sahabat arena. Amin.