Judul : Cara Mengukur Prestasi Belajar
link : Cara Mengukur Prestasi Belajar
Cara Mengukur Prestasi Belajar
Agar sanggup memperoleh informasi dan citra ukuran tertentu sebagai hasil dalam berguru maka proses berguru berkait akrab dengan penilaian berguru yaitu suatu kegiatan untuk mengukur dan menilai sesuatu.Kegiatan penilaian mustahil sanggup dilaksanakan tanpa terlebih dahulu diadakan kegiatan pengukuran (measurement). Pengukuran ialah suatu perjuangan untuk mengetahui sesuatu sebagaimana adanya. Hasil pengukuran sanggup berupa angka atau uraian perihal kenyataan yang menggambarkan derajat kualitas, kuantitas dan eksistensi keadaan yang diukur itu. Namun demikian, hasil pengukuran itu belum sanggup menyampaikan apa-apa bila tidak ditafsirkan dengan jalan membandingkannya dengan suatu patokan. (Depag RI, 2002: 3)
Evaluasi berguru sendiri bertujuan secara umum menghimpun bahan-bahan keterangan yang akan dijadikan sebagai bukti mengenai taraf perkembangan dan kemajuan penerima didik sesudah mengikuti proses berguru di samping mengetahui efektifitas metode pengajaran yang dipergunakan.
Tetapi secara khusus, penilaian ini bertujuan untuk merangsang kegiatan penerima didik dalam menempuh kegiatan pendidikan serta mencari dan menemukan faktor-faktor keberhasilan dan ketidakberhasilan penerima didik dalam mengikuti kegiatan pendidikan.
Adapun secara khusus, fungsi penilaian dalam dunia pendidikan sanggup ditilik dari tiga segi, yaitu: (1) segi psikologis, (2) segi didaktik, dan (3) segi administratif.
Secara psikologis, penilaian pendidikan dalam bidang pendidikan di sekolah sanggup disoroti dari dua sisi, yaitu dari sisi penerima didik dan sisi pendidik.
Bagi penerima didik, penilaian pendidikan secara psikologis akan menawarkan pedoman atau pegangan batin kepada mereka untuk mengenal kapasitas dan status dirinya masing-masing di tengah-tengah kelompok atau kelasnya.
Bagi pendidik, penilaian pendidikan akan menawarkan kepastian atau ketetapan hati kepada diri pendidik tersebut, sudah sejauh manakah kiranya perjuangan yang telah dilakukannya selama ini telah membawa hasil, sehingga secara psikologis mempunyai pedoman atau pegangan batin yang niscaya guna menentukan langkah-langkah apa saja yang dipandang perlu dilakukan selanjutnya.
Bagi penerima didik, secara didaktik penilaian pendidikan (khususnya penilaian hasil belajar) akan sanggup menawarkan dorongan (motivasi) kepada mereka untuk sanggup memperbaiki, meningkatkan dan mempertahankan prestasinya.
Bagi pendidik, secara didaktik penilaian pendidikan itu setidak-tidaknya mempunyai lima macam fungsi, yaitu:
- Memberikan landasan untuk menilai hasil perjuangan (prestasi) yang telah dicapai oleh penerima didiknya.
- Memberikan informasi yang sangat berguna, guna mengetahui posisi masing-masing penerima didik di tengah-tengah kelompoknya.
- Memberikan materi yang penting untuk menentukan dan lalu memutuskan status penerima didiknya.
- Memberikan pedoman untuk mencari dan menemukan jalan keluar bagi penerima didik yang memang memerlukannya.
- Memberikan petunjuk perihal sudah sejauh manakah kegiatan pengajaran yang telah ditentukan telah sanggup dicapai.
1. Memberikan informasi
Disajikan laporan mengenai kemajuan dan perkembangan penerima didik sesudah mereka mengikuti proses pembelajaran dalam jangka waktu tertentu.
2. Memberikan bahan-bahan keterangan (data)
Setiap keputusan pendidikan harus didasarkan kepada data yang lengkap dan akurat. Apakah seseorang dinyatakan naik kelas, tinggal kelas, lulus atau tidak lulus dan sebagainya.
3. Memberikan citra
Hasil berguru merupakan prestasi berguru penerima didik secara keseluruhan, yang menjadi indikator dasar dan derajat perubahan sikap yang bersangkutan.
Untuk mengukur/menilai hasil berguru dengan mengadakan penilaian harus memperhatikan teknik-teknik, syarat dan prinsip-prinsip yang harus dipenuhi untuk menerima hasil yang baik sesuai dengan standar evaluasi.
Menurut Sumadi Suryabrata (tt: 327), syarat-syarat penilaian yang baik untuk memenuhi standar penilaian yaitu sebagai berikut:
1. Test itu harus reliabel
Suatu test yaitu reliabel apabila tes itu mempunyai keajegan atau konsistensi. Artinya tes itu sama dengan dirinya sendiri.
2. Test itu harus valid
Suatu tes yaitu valid apabila tes tersebut mengukur apa yang seharusnya diukur.
3. Test itu harus obyektif
Obyektivitas yaitu suatu yang penting yang mempengaruhi validitas dan reabilitas. Dipandang dari aspek ini tes dipandang obyektif kalau hanya mengandung satu kemungkinan interpretasi saja asal interpretasi itu diberikan oleh orang yang benar-benar tahu akan persoalannya.
4. Test itu harus diskriminatif
Suatu tes diskriminatif kalau test itu disusun sedemikian rupa sehingga sanggup melacak dan memperlihatkan perbedaan yang sekecil apapun.
5. Test itu harus komprehensif
Suatu tes dikatakan komprehensif kalau tes tersebut meliputi segala duduk kasus yang harus diselidiki. Dapat menawarkan citra yang lengkap mengenai apa yang telah diberikannya kepada anak didik.
6. Test itu harus gampang dipakai
Bahwa tes itu gampang dipakai kiranya cukup terang manfaatnya.
Di samping persyaratan di atas, tes juga mempunyai prinsip-prinsip dasar yang dijadikan patokan. Prinsip-prinsip tersebut yaitu sebagai berikut:
- Tes hendaknya sanggup mengukur secara terang hasil berguru (learning outcomes) yang telah ditetapkan sesuai dengan tujuan pembelajaran.
- Mengukur sampel yang representative dari hasil berguru dan materi pembelajaran. Tes yang disusun haruslah meliputi soal-soal yang dianggap mewakili seluruh performance hasil berguru siswa, sesuai dengan tujuan instruksional yang telah dirumuskan.
- Keseluruhan tes meliputi majemuk bentuk soal yang benar-benar cocok untuk mengukur hasil berguru menyerupai yang ditetapkan pada tujuan pembelajaran.
- Didesain sesuai dengan kebutuhan.
- Placement test, dipakai untuk penentuan penempatan siswa dalam suatu jenjang atau kegiatan tertentu.
- Diagnostic test, dipakai untuk mencari sebab-sebab kesulitan berguru siswa.
- Formatif test, dipakai untuk mencari umpan balik (feed back) bagi perbaikan proses belajar. Dalam sistem pengajaran PPSI (Prosedur Pengajaran Sistem Instruksional), bentuknya sanggup berupa pretest dan posttest. Bahkan, dikala proses pembelajaran berlangsung, misalnya, guru mengajukan pertanyaan yang dijawab pribadi oleh siswa untuk memberi kiprah untuk dikerjakan di luar jam pelajaran/di rumah. Jika sesudah diperiksa, ternyata banyak siswa yang salah dalam pengerjaan kiprah tersebut, guru perlu memberi remedial terhadap siswa-siswa yang belum sanggup mengerjakan kiprah dengan benar.
- Sumatif test, dipakai untuk mengukur dan menilai hingga di mana pencapaian kompetensi siswa terhadap materi pelajaran yang telah diajarkan dan selanjutnya menentukan kenaikan/kelulusan siswa.
Demikian cara mengukur prestasi berguru siswa di sekolah. Semoga bermanfaat.