Dalil Celaan Akhir Jelek Pelaku Bid'ah Agama


Judul : Dalil Celaan Akhir Jelek Pelaku Bid'ah Agama
link : Dalil Celaan Akhir Jelek Pelaku Bid'ah Agama


Dalil Celaan Akhir Jelek Pelaku Bid'ah Agama

Bid'ah Agama - Sebuah perbuatan amal ibadah yang tidak bersumber dari perintah Allah dan Rasul-Nya, di dalam agama sangat dicela. Tetapi anehnya meskipun itu dihentikan masih tetap aja banyak yang melakukannya dengan aneka macam alasan. Padahal kriteria perbuatan bid'ah itu telah banyak keterangannya baik di dalam Al-Qur'an maupun As-Sunnah (Hadits Nabi).

Artikel ini membahas Bid'ah, yaitu urusan ibadah, perbuatan atau amaliah ibadah yang tidak mesti dilakukan oleh sahabat sekalian. Contoh perbuatan bid'ah : tradisi halal bihalal, Maulid nabi, peringatan isra' mi'raj, upacara kematian/ tahlilan, dan masih banyak lagi tradisi agama lain yang diadopsi dijadikan amal ibadah umat Islam.

Imam Syathibi dalam kitabnya ‘al-I’tisham’ dalam judul  "mencela bid’ah dan akhir jelek pelaku bid'ah", menjelaskan ancaman bid’ah dan celaan nya menurut keterangan dalil yang bersumber dari al-Qur`an dan hadits, serta nalar pun memakluminya, berikut larangan perbuatan bid'ah  yakni petikannya:

Tafsir Ayat al-Qur'an Tentang Bid'ah. Berikut penjelasannya :
Dalam al-Qur`an yang menjadi dalil menawarkan celaan para pelaku bid’ah dalam agama Allah subhanahu wa ta’ala, di antaranya firman Allah subhanahu wa ta’ala:

 هُوَ الَّذِي أَنزَلَ عَلَيْكَ الْكِتَابَ مِنْهُ ءَايَاتُُ مُّحْكَمَاتٌ هُنَّ أُمُّ الْكِتَابِ وَأُخَرُ مُتَشَابِهَاتُُ فَأَمَّا الَّذِينَ فِي قُلُوبِهِمْ زَيْغُُ فَيَتَّبِعُونَ مَاتَشَابَهَ مِنْهُ ابْتِغَآءَ الْفِتْنَةِ وَابْتِغَآءَ تَأْوِيلِهِ وَمَايَعْلَمُ تَأْوِيلَهُ إِلاَّ اللهُ وَالرَّاسِخُونَ فِي الْعِلْمِ يَقُولُونَ ءَامَنَّا بِهِ كُلُُّ مِّنْ عِندِ رَبِّنَا وَمَايَذَّكَّرُ إِلاَّ أُوْلُوا اْلأَلْبَابِ  - آل عمران: 7 
Dia-lah yang menurunkan Al-Kitab (al-Qur'an) kepada kamu. Di antara (isi)nya ada ayat-ayat yang muhkamat itulah pokok-pokok isi al-Qur'an dan yang lain (ayat-ayat) mutasyaabihaat. Adapun orang-orang yang dalam hatinya condong kepada kesesatan, maka mereka mengikuti sebahagian ayat-ayat yang mutasyabihat untuk mengakibatkan fitnah dan untuk mencari-cari ta'wilnya, padahal tidak ada yang mengetahui ta'wilnya melainkan Allah. Dan orang-orang yang mendalam ilmunya berkata:"Kami beriman kepada ayat-ayat yang mutasyabihat, semuanya itu dari sisi Rabb kami". Dan tidak sanggup mengambil pelajaran (daripadanya) melainkan orang-orang yang berakal. (QS. Ali Imran:7)
Ayat ini merupakan dalil paling berpengaruh dan penjelasannya diriwayatkan dalam hadits shahih dari Aisyah radhiyallahu ‘anha bahwa ia berkata: ‘Aku bertanya kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam wacana firman Allah SWT:

 فَأَمَّا الَّذِينَ فِي قُلُوبِهِمْ زَيْغُُ فَيَتَّبِعُونَ مَاتَشَابَهَ مِنْهُ ابْتِغَآءَ الْفِتْنَةِ وَابْتِغَآءَ تَأْوِيلِهِ - آل عمران: 7 
Adapun orang-orang yang dalam hatinya condong kepada kesesatan, maka mereka mengikuti sebahagian ayat-ayat yang mutasyabihat untuk mengakibatkan fitnah dan untuk mencari-cari ta'wilnya,
Nabi Muhammad SAW bersabda: ‘Apabila engkau melihat mereka maka kenalilah mereka. Dan dalam hadits yang shahih, ia berkata: ‘Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam ditanya wacana ayat ini:

  هُوَ الَّذِي أَنزَلَ عَلَيْكَ الْكِتَابَ - آل عمران: 7 
Dia-lah yang menurunkan Al-Kitab (al-Qur'an) kepada kamu. (QS. Ali Imran:7)
Hingga selesai ayat. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: (إِذَا رَأَيْتُمُ الَّذِيْنَ يَتَّبِعُوْنَ مَا تَشَابَهَ مِنْهُ فَأُولَئِكَ الَّذِيْنَ سَمَّى اللّه فَاحْذَرُوْهُمْ) - متفق عليه
"Apabila engkau melihat orang-orang yang mengikuti ayat-ayat yang mutasyabihat darinya, maka merekah itulah yang disebutkan oleh Allah subhanahu wa ta’ala, maka berhati-hatilah terhadap mereka."
Diriwayatkan dari Abu Ghalib dan namanya Hazur, ia berkata: ‘Aku berada di Syam (Siria), Muhallab mengirim 70 kepala dari kaum Khawarij, kemudian dipasang di jalan Damaskus. Aku sedang berada di atas rumahku. Lalu Abu Umamah radhiyallahu ‘anhu lewat, maka saya turun kemudian mengikutinya. Tatkala ia bangun di hadapan mereka, air matanya menetes seraya berkata: ‘Subhanallah, apakah yang dilakukan syetan terhadap anak cucu Adam ‘alaihissalam (manusia) –ia mengatakannya tiga kali- anjing-anjing neraka jahanam, anjing-anjing neraka jahanam, seburuk-seburuk yang terbunuh di bawah kolong langit –tiga kali-, sebaik-baik pembunuh yakni yang membunuh mereka, beruntunglah bagi orang yang membunuh mereka atau mereka yang membunuhnya.’

Kemudian ia menoleh kepadaku kemudian berkata: ‘Wahai Abu Ghalib, bergotong-royong engkau berada di bumi (wilayah) yang mereka banyak di sana, semoga Allah SWT melindungi engkau dari mereka.’

Aku berkata: ‘Aku melihat engkau menangis dikala melihat mereka? Ia menjawab: ‘Aku menangis alasannya kasihan melihat mereka, mereka dari kaum muslimin. Apakah engkau membaca surah Ali Imran? Aku menjawab: ‘Ya.’ Lalu ia membaca:

 هُوَ الَّذِي أَنزَلَ عَلَيْكَ الْكِتَابَ مِنْهُ ءَايَاتُُ مُّحْكَمَاتٌ هُنَّ أُمُّ الْكِتَابِ وَمَايَعْلَمُ تَأْوِيلَهُ إِلاَّ اللهُ
hingga hingga ﴿﴾ sesungguhnya di hati mereka ada condong kepada kesesatan maka mereka tersesat.

Kemudian ia membaca:

 وَلاَ تَكُونُوا كَالَّذِينَ تَفَرَّقُوا وَاخْتَلَفُوا مِن بَعْدِ مَاجَآءَهُمُ الْبَيِّنَاتُ- آل عمران: 105
Dan janganlah kau mirip orang-orang yang bercerai-berai dan berselisih sehabis tiba keterangan yang terang kepada mereka. (QS. Ali Imran:105)
Hingga firman-Nya subhanahu wa ta’ala:

فَفِي رَحْمَةِ اللهِ هُمْ فِيهَا خَالِدُونَ 
Maka mereka berada dalam rahmat Allah (surga); mereka infinit di dalamnya. (QS. Ali Imran:107)

Aku berkata: ‘Apakah mereka (dalam ayat) itu yakni mereka (kaum Khawarij) tersebut)? Ia menjawab: ‘Ya.’

Aku berkata: ‘Apakah dari pemahaman engkau atau sesuatu yang engkau dengar dari Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam? Ia menjawab: ‘Kalau begitu (bukan dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam) saya terlalu berani, bahkan saya mendengarnya dari Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, bukan sekali dua kali... sehingga ia menghitung tujuh kali.

Kemudian ia berkata: ‘Sesungguhnya bani Israel bercerai berai sebanyak 71 golongan dan bergotong-royong umat ini melebihi atasnya satu golongan, semuanya di neraka kecuali golongan terbesar.’

Aku bertanya: ‘Wahai Abu Umamah, apa pendapatmu terhadap perbuatan mereka? Ia menjawab:

 عَلَيْهِ مَاحُمِّلَ وَعَلَيْكُم مَّاحُمِّلْتُمْ 
...maka bergotong-royong kewajiban rasul hanyalah apa yang dibebankan kepadanya, kewajiban kau yakni apa yang dibebankan kepadamu....". (QS. An-Nuur:54)
Jelaslah dengan penafsiran ini bahwa mereka termasuk hebat bid’ah, alasannya Abu Umamah radhiyallahu ‘anhu menjadikan kaum Khawarij masuk dalam umumnya ayat tersebut dan bergotong-royong ia diturunkan terhadap mereka. Dan di antara ayat tersebut yakni firman Allah subhanahu wa ta’ala:

قال الله تعالي: ﴿ وَأَنَّ هَذَا صِرَاطِي مُسْتَقِيمًا فَاتَّبِعُوهُ وَلاَتَتَّبِعُوا السُّبُلَ فَتَفَرَّقَ بِكُمْ عَنْ سَبِيلِهِ ذَالِكُمْ وَصَّاكُمْ بِهِ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ

dan bahwa (yang Kami perintahkan) ini yakni jalan-Ku yang lurus, maka ikutilah dia; dan janganlah kau mengikuti jalan-jalan (yang lain), alasannya jalan-jalan itu memecah-belah kau dari jalan-Nya. Yang demikian itu diperintahkan Allah kepadamu biar kau bertaqwa. (QS. al-An’am:153)

Jalan yang lurus yakni jalan Allah subhanahu wa ta’ala yang Dia subhanahu wa ta’ala mengajak kepadanya, yaitu sunnah. Dan jalan-jalan, yaitu jalan-jalan orang-orang yang berselisih, yang menyimpang dari jalan yang lurus, mereka yakni hebat bid’ah. Bukanlah maksudnya jalan-jalan maksiat, alasannya maksiat dari sisi maksiatnya, tidak ada seorang pun yang menjadikan sebagai jalan yang selalu ditelusuri yang mirip syari’at, namun sifat ini khusus dengan aneka macam macam bid’ah.

Hal ini ditunjukkan oleh hadits yang diriwayatkan oleh Abu Wail, dari Abdullah bin Mas’ud radhiyallahu ‘anhu, ia berkata: ‘Pada suatu hari, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menggaris bagi kami satu garis yang panjang, menggaris sebelah kanannya dan sebelah kirinya, dia shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: ‘Ini yakni jalan yang lurus.’ Kemudian dia shallallahu ‘alaihi wa sallam mengaris beberapa garis bagi kami dari sebelah kanan dan kirinya, dan bersabda: “Ini yakni jalan-jalan (yang banyak), dan di atas setiap jalan darinya ada syetan yang mengajak kepadanya...” kemudian dia shallallahu ‘alaihi wa sallam membaca:
 وَأَنَّ هَذَا صِرَاطِي مُسْتَقِيمًا فَاتَّبِعُوهُ وَلاَتَتَّبِعُوا السُّبُلَ
dan bahwa (yang Kami perintahkan) ini yakni jalan-Ku yang lurus, maka ikutilah dia; dan janganlah kau mengikuti jalan-jalan (yang lain), Maksudnya: garis-garis
فَتَفَرَّقَ بِكُمْ عَنْ سَبِيلِهِ 
karena jalan-jalan itu memecah-belah kau dari jalan-Nya. (QS. al-An’am:153)
Bakar bin ‘Ala` rahimahullah berkata: ‘Saya mengira bahwa yang dia shallallahu ‘alaihi wa sallam maksudkan yakni syetan dari kalangan manusia, yaitu bid’ah-bid’ah. Wallahu A’lam.

Di antara ayat-ayat yakni firman Allah subhanahu wa ta’ala:
 وَعَلَى اللهِ قَصْدُ السَّبِيلِ وَمِنْهَا جَآئِرٌ وَلَوْشَآءَ لَهَدَاكُمْ أَجْمَعِينَ- النحل: 9 
Dan hak bagi Allah (menerangkan) jalan yang lurus, dan di antara jalan-jalan ada yang bengkok.Dan jikalau Dia menghendaki, tentulah Dia memimpin kau semuanya (kepada jalan yang benar). (QS. an-Nahl:9)
At-Tasturi rahimahullah berkata: قَصْدُ السَّبِيل Jalan sunnah, وَمِنْهَا جَآئِرٌ maksudnya ke neraka, dan itulah agama-agama dan bid’ah-bid’ah.

Dan di antaranya firman Allah subhanahu wa ta’ala:

 إِنَّ الَّذِينَ فَرَّقُوا دِينَهُمْ وَكَانُوا شِيَعًا لَسْتَ مِنْهُمْ فِي شَىْءٍ إِنَّمَآأَمْرُهُمْ إِلَى اللهِ ثُمَّ يُنَبِئُهُم بِمَا كَانُوا يَفْعَلُونَ- النحل: 159 
Sesungguhnya orang-orang yang memecah belah agamanya dan mereka (terpecah) menjadi beberapa golongan, tidak ada sedikitpun tanggung jawabmu terhadap mereka. Sesungguhnya urusan mereka hanyalah (terserah) kepada Allah, kemudian Allah akan memberitahukan kepada mereka apa yang telah mereka perbuat. (QS. al-An’am:159)
Ibnu ‘Athiyah rahimahullah berkata: ‘Ayat ini berlaku umum bagi pengikut hawa nafsu, bid’ah, yang syazh (langka) dalam furu’, dan selain yang demikian itu dari orang-orang yang suka mendalami dalam perdebatan dan mendalami dalam ilmu kalam. Semua ini sanggup membuat tergelincir dan terkena tuduhan alasannya jelek keyakinan.
Di antaranya yakni firman Allah subhanahu wa ta’ala:
 وَلاَتَكُونُوا مِنَ الْمُشْرِكِينَ . مِنَ الَّذِينَ فَرَّقُوا دِينَهُمْ وَكَانُوا شِيَعًا كُلُّ حِزْبٍ بِمَا لَدَيْهِمْ فَرِحُونَ - الروم: 31-32- قرئ: فارقوا دينهم
...janganlah kau termasuk orang-orang yang mempersekutukan Allah, * yaitu orang-orang yang memecah belah agama mereka dan mereka menjadi beberapa golongan.Tiap-tiap golongan merasa besar hati dengan apa yang ada pada golongan mereka. (QS. ar-Rum:31-32)
Ditafsirkan dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu bahwa mereka yakni kaum Khawarij, dan Abu Umamah radhiyallahu ‘anhu meriwayatkannya secara marfu’. Ada yang mengatakan: Mereka yakni pengikut hawa nafsu dan hebat bid’ah. Diriwayatkan dari Sufyan bin ‘Uyaynah rahimahullah, Abu Qilabah rahimahullah  dan selain mereka bahwa mereka berkata: ‘Setiap pelaku bid’ah atau mengada-ada (dalam agama) yakni hina, mereka berdalil dengan firman Allah subhanahu wa ta’ala:
 إِنَّ الَّذِينَ اتَّخَذُوا الْعِجْلَ سَيَنَالُهُمْ غَضَبٌ مِّن رَّبِّهِمْ وَذِلَّةٌ فِي اْلَحَياةِ الدُّنْيَا وَكَذَلِكَ نَجْزِي الْمُفْتَرِينَ - الأعراف: 152 
Sesungguhnya orang-orang yang menjadikan anak lembu (sebagai sembahannya), kelak akan menimpa mereka kemurkaan dari Rabb mereka dan kehinaan dalam kehidupan di dunia. Demikianlah Kami memberi jawaban kepada orang-orang yang membuat-buat kebohongan. (QS. al-A’raaf:152)
Ibnu ‘Aun rahimahullah berkata: Ibnu Sirin rahimahullah beropini bahwa ayat ini yakni pada orang-orang yang mengikuti hawa nafsu:

 وَإِذَا رَأَيْتَ الَّذِينَ يَخُوضُونَ فِي ءَايَاتِنَا فَأَعْرِضْ عَنْهُمْ حَتَّى يَخُوضُوا فِي حَدِيثٍ غَيْرِهِ وَإِمَّا يُنْسِيَنَّكَ الشَّيْطَانُ فَلاَ تَقْعُدْ بَعْدَ الذِّكْرَى مَعَ الْقَوْمِ الظَّالِمِينَ- الأنعام: 68 

Dan apabila kau melihat orang-orang memperolok-olokkan ayat-ayat Kami, maka tinggalkanlah mereka sehingga mereka membicarakan pembicaraan yang lain. Dan kalau syaitan menjadikan kau lupa (akan larangan ini), janganlah kau duduk bersama orang. orang yang zalim itu sehabis teringat (akan larangan itu). (QS. al-An’aam: 68)

Hadits Larangan Bid'ah
Di antara hal itu yakni yang diriwayatkan dalam shahih, dari hadits Aisyah radhiyallahu ‘anha, dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, dia bersabda:

قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: ((مَنْ أَحْدَثَ فِى أَمْرِنَا هذَا مَا لَيْسَ مِنْهُ فَهُوَ رَدٌّ)) [ متفق عليه 

“Barangsiapa yang membuat-buat dalam kasus kami ini yang bukan cuilan darinya maka ia ditolak.”

Dan dalam riwayat Muslim:

قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: ((مَنْ عَمِلَ عَمَلاً لَيْسَ عَلَيْهِ أَمْرُنَا فَهُوَ رَدٌّ)) [ رواه مسلم ]

“Barangsiapa yang melaksanakan satu amal ibadah yang tidak ada perintah kami atasnya maka ia ditolak.”

Muslim meriwayatkan dari Jabir bin Abdullah radhiyallahu ‘anhu, bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda dalam khutbahnya:

قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: ((أَمَّا بَعْدُ, فَإِنَّ أَصْدَقَ الْحَدِيْثِ كِتَابُ اللهِ وَخَيْرَ الْهَدْيِ هَدْيُ مُحَمَّدٍ صلى الله عليه وسلم وَشَرَّ اْلأُمُوْرِ مُحْدَثَاتُهَا وَكُلَّ بِدْعَةٍ ضَلاَلَةٌ)) [ رواه مسلم 

“Amma ba’du: maka bergotong-royong sebaik-baik ucapan yakni kitabullah (al-Qur`an), sebaik-baik petunjuk yakni petunjuk Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam, dan seburuk-buruk kasus yakni yang baru-barunya (bid’ah) dan setiap bid’ah yakni sesat.”

Dan dalam satu riwayat, ia berkata: ‘Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam berkhutbah kepada manusia, memuji Allah subhanahu wa ta’ala dan menyanjung-Nya yang Dia berhak menerima sanjungan itu, kemudian dia bersabda:

قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: ((مَنْ يَهْدِهِ اللّه فَلاَ مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلاَ هَادِيَ لَهُ, وَخَيْرَ الْحَدِيْثِ كِتَابُ اللهِ وَخَيْرَ الْهَدْيِ هَدْيُ مُحَمَّدٍ صلى الله عليه وسلم وَشَرَّ اْلأُمُوْرِ مُحْدَثَاتُهَا وَكُلَّ مُحْدَثَةٍ بِدْعَةٌ)) [ رواه مسلم 

“Barangsiapa yang Allah subhanahu wa ta’ala memberi petunjuk kepadanya maka tidak ada yang sanggup menyesatkannya, dan siapa yang Allah subhanahu wa ta’ala menyesatkannya maka tidak ada yang sanggup memberi petunjuk kepadanya. Dan sebaik-baik ucapan yakni kitabullah (al-Qur`an), sebaik-baik petunjuk yakni petunjuk Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam, seburuk-buruk kasus yakni yang baru-baru (dalam agama) dan setiap yang baru-baru yakni bid’ah.”

Dan dalam riwayat an-Nasa`i:

قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: ((وَكُلَّ مُحْدَثَةٍ بِدْعَةٌ وَكُلَّ بِدْعَةٍ ضَلاَلَةٌ وَكُلَّ ضَلاَلَةٍ فِى النَّارِ)) [ رواه النسائي ]

“Dan setiap yang baru-baru (dalam agama) yakni bid’ah, dan setiap bid’ah yakni sesat, dan setiap kesesatan yakni (tempatnya) di neraka.”

Dan dalam shahih, dari hadits Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, ia berkata: Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: ‘

قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: ((مَنْ دَعَا إِلَى هُدًى كَانَ لَهُ مِنَ اْلأَجْرِ مِثْل أُجُوْرِ مَنْ تَبِعَهُ لَايَنْقُصُ ذلِكَ مِن أُجُوْرِهِم شَيْئًا وَمَنْ دَعَا إِلىَ ضَلاَلَةٍ كَانَ عَلَيْهِ مِنَ اْلإِثْمِ مِثْلُ آثَامِ مَنْ تَبِعَهُ لاَيَنْقُصُ ذلِكَ مِنْ آثَامِهِمْ شَيْئًا)) [ رواه مسلم وأبو داود و الترمذي

“Barangsiapa yang mengajak (berdakwah) kepada petunjuk pasti baginya pahala mirip pahala orang yang mengikutinya, tanpa mengurangi pahala mereka sedikit juapun dan siapa yang mengajak kepada kesesatan yakni baginya dosa mirip dosa-dosa orang yang mengikutinya, hal itu tanpa mengurangi dosa mereka sedikitpun juga. .”

At-Tirmidzi meriwayatkan pula dan ia menshahihkannya, Abu Daud dan selain mereka dari ‘Irbath bin Sariyah radhiyallahu ‘anhu, ia berkata: ‘Pada suatu hari Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam shalat dengan kami, kemudian menghadap kepada kami, memberi hikmah kepada kami dengan hikmah yang sangat menyentuh hati, air mata berlinang jadinya dan hati menjadi takut darinya. Ada yang berkata: ‘Ya Rasulullah, seakan-akan hal ini yakni hikmah perantunan (perpisahan), apakah yang engkau nasihatkan kepada kami? Beliau bersabda:

قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: ((أُوْصِيْكُمْ بِتَقْوَى اللّهِ ,وَالسَّمْعِ وَالطَّاعَةِ وَإِنْ كَانَ عَبْدًا حَبَشِيًّا. فَإِنَّهُ مَنْ يَعِشْ مِنْكُمْ بَعْدِي فَسَيَرَى اخْتِلَافًا كَثِيْرًا, فَعَلَيْكُمْ بِسُنَّتِي وَسُنَّةِ الْخُلَفَاءِ الرَّاشِدِيْنَ الْمَهْدِيِيْنَ, تَمَسَّكُوْا بِهَا وَعَضُّوْا عَلَيْهَا باِلنَّوَاجِذِ وَإِيَّاكُمْ وَمُحْدَثَاتِ اْلأُمُوْرِ, فَإِنَّ كُلِّ مُحْدَثَةٍ بِدْعَةٌ وَكُلَّ بِدْعَةٍ ضَلاَلَةٌ)) [ روا ه أبو داود و الترمذي

“Aku berpesan kepada kalian biar bertaqwa kepada Allah subhanahu wa ta’ala, mendengar dan taat (kepada pemimpin) sekalipun ia seorang budak dari Habasyah (Etheopia). Maka bergotong-royong siapa yang masih hidup dari kau setelah saya (wafat) maka ia akan melihat perbedaan yang sangat banyak. Maka hendaklah kau berpegang teguh dengan sunnahku dan sunnah khulafaur rasyidin yang menerima petunjuk, berpegang teguhlah dengannya, gigitlah atasnya dengan gigi geraham. Dan jauhilah perkara-perkara baru, maka bergotong-royong setiap yang baru-baru (dalam agama) yakni bid’ah dan setiap bid’ah yakni sesat.”

Dan dalam shahih, dari Hudzaifah radhiyallahu ‘anhu, ia berkata: ‘Ya Rasulullah, apakah setelah kebaikan tiba keburukan? Beliau menjawab: ‘Ya.’ Aku bertanya: ‘Apakah setelah keburukan itu akan tiba kebaikan lagi? Beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab: ‘Ya, dan padanya ada asap.’ Aku bertanya: ‘Apakah asapnya? Beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab: ‘Kaum yang mengambil sunnah dengan selain sunnahku, mengambil petunjuk selain petunjukku, engkau mengenal dari mereka dan mengingkari.”

Aku bertanya: ‘Apakah setelah kebaikan itu akan tiba keburukan?

Beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab: ‘Ya, para penyeru kepada pintu-pintu neraka Jahanam, siapa yang memenuhi panggilan mereka kepadanya mereka akan melemparkannya di dalamnya.’

Aku bertanya: ‘Wahai Rasulullah, jelaskanlah kepada kami wacana mereka.’

Beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab: ‘Ya, kaum dari golongan kita dan berbicara dengan bahasa kita.’

Aku berkata: ‘Apakah yang engkau perintahkan kepadaku kalau saya menemui hal itu?

Beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: ‘Engkau tetap bersama jama’ah kaum muslimin dan imam mereka.’

Aku berkata: ‘Jika mereka tidak memiliki jama’ah dan imam?

Beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab: ‘Maka hendaklah engkau menghindarkan diri dari semua golongan tersebut, sekalipun engkau menggigit batang pohon hingga maut menjemputmu dan engkau dalam kondisi mirip itu.”

Dalam hadits shahifah:

قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: ((اَلْمَدِيْنَةُ حَرَمٌ مَا بَيْنَ عِيْرٍ وَثَوْرٍ, وَمَنْ أَحْدَثَ فِيْهَا حَدَثًا أَوْ آوَى مُحْدِثًا فَعَلَيْهِ لَعْنَةُ اللّهِ وَالْمَلاَئِكَةِ وَالنَّاسِ أَجْمَعِيْنَ)) [ متفق عليه 

“Madinah haram jarak di antara ‘iir dan tsaur (nama dua gunung di Madinah), barangsiapa yang membuat yang gres padanya atau menampung yang muhdits (pelakunya) maka atasnya kutukan Allah subhanahu wa ta’ala, malaikat dan semua manusia. Di hari qiamat, Allah subhanahu wa ta’ala tidak mendapatkan darinya taubat/ibadah sunnah dan tidak pula tebusan/ibadah wajib.”

Hadits ini dalam bentuk umum, mencakup setiap insiden yang dimunculkan padanya yang bertentangan dengan syara’, dan bid’ah merupakan insiden yang paling buruk. Ia, sekalipun khusus untuk kota Madinah maka yang lainnya juga masuk dalam maknanya.

Dalam al-Muwaththa`, dari hadits Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam keluar menuju pemakaman kemudian bersabda:

قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: ((السَّلاَمُ عَلَيْكُمْ دَاَر قَوْمٍ مُؤْمِنِيْنَ, وَإِنَّا إِنْ شَاءَ اللّه بِكُمْ لاَحِقُوْنَ ...إلى أن قال: فَلْيُذَادَنَّ رِجَالٌ عَنْ حَوْضِي كَمَا يُذَادُ الْبَعِيْرُ الضَّالُ, أُنَادِيْهِمْ: أَلاَ هَلُمَّ! أَلاَ هَلُمَّ! أَلاَ هَلُمَّ! فَيُقَالُ: إِنَّهُمْ قَدْ بَدَّلُوْا بَعْدَكَ. فَأَقُوْلُ: فَسُحْقًا فَسُحْقًا فَسُحْقًا)) [ رواه مالك في الموطأ

“Assalamu ‘alaikum, wahai negeri orang-orang beriman, dan bergotong-royong kami insya Allah, akan menyusul kalian...dst hingga dia bersabda: ...akan diusir beberapa orang dari telagaku sebagaimana diusir unta yang tersesat. Aku memanggil mereka: ‘Ayo ke sini, ayo ke sini, ayo ke sini! Maka dikatakan: ‘Sesungguhnya mereka telah mengganti sesudahmu.’ Maka kukatakan: ‘Maka jauhlah, jauhlah, jauhlah.’

Sebagian ulama menjelaskan bahwa mereka yakni orang-orang yang menyalahi Ahlus Sunnah wal Jama’ah dan yang lain menyatakan bahwa mereka yakni orang-orang yang murtad dari agama Islam.

Dan yang menawarkan makna yang pertama yakni yang diriwayatkan oleh Khaitsamah bin Sulaiman rahimahullah dari Yazid bin Raqqasy rahimahullah, ia berkata: ‘Aku bertanya kepada Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu, saya berkata: ‘Ada satu kaum yang bersaksi terhadap kita dengan kekufuran dan kesyirikan, mendustakan telaga dan syafa’at, apakah engkau pernah mendengar sesuatu dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam? Ia menjawab: ‘Ya. Aku mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: ((بَيْنَ الْعَبْدِ وَاْلكُفْرِ أَوِ الشّرْكِ تَرْكُ الصَّلاَةِ, فَإِذَا تَركَهَا فَقَدْ أَشْرَكَ, وَحَوْضِي كَمَا بَيْنَ اْلأَيْلَةِ إِلَى مَكَّةَ, أَبَارِيْقُهُ كَنُجُوْمِ السَّماَءِ –أو قال: كَعَدَدِ نُجُوْمِ السَّمَاءِ, لَهُ مِيْزَابَانِ مِنَ الْجَنَّةِ, كُلَّمَا نَضبَ أَمَدَّاهُ, مَنْ شَرِبَ مِنْهُ شَرْبَةً لَمْ يَظْمَأْ بَعْدَهَا أَبَدًا. وَسَيَرِدُهُ أَقْوَامٌ ذَابِلَةٌ شِفَاهُهُمْ, فَلاَ يَطْعَمُوْنَ مِنْهُ قَطْرَةً وَاحِدَةً, مَنْ كَذبَ بِهِ الْيَوْمَ لَمْ يُصِبْ مِنْهُ يَوْمَئِذٍ)) [ رواه ابن ماجة
“Sesungguhnya di antara hamba dan kekufuran atau kesyirikan yakni meninggalkan shalat, maka apabila ia meninggalkannya berarti ia syirik. Telagaku sebagaimana antara Ailah hingga Makkah, tekonya sejumlah bintang di langit –atau dia bersabda: ‘Seperti bilangan bintang di langit, baginya ada dua pancoran dari surga, setiap kali berkurang keduanya menambahnya. Siapa yang minum darinya satu kali minuman pasti tidak pernah haus lagi sesudahnya untuk selamanya. Dan akan mendatanginya satu kaum, kering bibir mereka, maka mereka tidak sanggup minum darinya setetes jua pun. Siapa yang mendustakannya pada hari ini pasti tidak menerima minuman darinya pada hari itu.”

Dan padanya, bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: ((إِنِّي تَارِكٌ فِيْكُمْ ثَقَلَيْنِ: أَوَّلُهَا كِتَابُ اللّه فِيْهِ الْهُدَى وَالنُّوْرُ –وفى رواية- مَنِ اتَّبَعَهُ كَانَ عَلَى الْهُدَى وَمَنْ تَرَكَهُ كَانَ عَلَى ضَلاَلَةٍ)) [ رواه ابن ماجة 

“Sesungguhnya saya meninggalkan padamu dua perkara, yang pertamanya yakni Kitabullah (al-Qur`an), di dalamnya ada petunjuk dan cahaya –dalam satu riwayat- di dalamnya ada petunjuk, siapa yang berpegang dengannya dan mengambil dengannya pasti ia berada di atas petunjuk, dan siapa yang tidak mengambilnya pasti ia tersesat. Dan pada satu riwayat: Siapa yang mengikutinya pasti ia berada di atas petunjuk dan siapa yang meninggalkannya ia berada di atas kesesatan.”

Ath-Thahawi rahimahullah meriwayatkan bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: ((إِنَّ لِكُلِّ عَابِدٍ شِرَّةً وَلِكُلِّ شِرَّةٍ فَتْرَةً, فَإِمَّا إِلَى سُنَّةٍ وَإِمَّا إِلَى بِدْعَةٍ. فَمَنْ كَانَتْ فَتْرَتُهُ إِلَى سُنَّتِي فَقَد اهْتَدَى وَمَنْ كَانَتْ فَتْرَتُهُ إِلَى غَيْرِ ذلِكَ فَقَدْ هَلَك)) [ رواه أحمد 

“Sesungguhnya bagi setiap ‘abid (ahli ibadah) ada keinginan/semangat, dan dan bagi setiap semangat ada kemalasan (kurang dalam ibadah). Maka sanggup jadi kepada sunnah dan sanggup jadi kepada bid’ah, maka siapa yang malas kemudian kembali kepada sunnahku berarti ia menerima petunjuk dan siapa yang malasnya kepada selain yang demikian itu berarti ia binasa.”

Dalil Naqli wacana Bid'ah Berdasarkan dari salafus shalih yaitu dari kalangan sahabat dan tabi’in dalam mencela orang-orang menyalahi Al-Qur'an dan As-Sunnah Rasulullah SAW.

Di antara yang tiba dari para sahabat:

Yang diriwayatkan dalam riwayat yang shahih dari Umar bin Khathab radhiyallahu ‘anhu, bahwa ia berkhutbah kepada insan dan berkata: ‘Wahai sekalian manusia, telah disunnahkan bagimu sunnah-sunnah, dan diwajibkan kepadamu kewajiban-kewajiban, serta ditinggalkan atas yang sudah jelas, kecuali kau tersesat dengan insan kanan dan kiri.”

Dan ia menepukkan dengan salah satu tangannya kepada yang lain, kemudian berkata: ‘Janganlah kau binasa alasannya ayat rajam, yaitu yang berkata: ‘kami tidak menemukan ayat wacana rajam dalam al-Qur`an’, maka sungguhnya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam telah merajam dan kami telah merajam....’hingga selesai pembicaraannya.

Dalam Shahih dari Hudzaifah radhiyallahu ‘anhu, ia berkata: ‘Wahai sekalian hebat al-Qur`an (Qurra), luruslah, maka sungguh kau telah mendahului dengan jauh, dan kalau kau mengambil kanan dan kiri maka sungguhnya kau tersesat yang sangat jauh.’
Dan darinya juga: ‘Yang paling saya khawatirkan terhadap insan ada dua: bahwa mereka lebih mengutamakan sesuatu yang mereka lihat dari pada sesuatu yang mereka ketahui dan mereka tersesat sedang mereka tidak mengetahui.’ Sufyan berkata: Ia yakni pelaku bid’ah.

Ibnu Mas’ud radhiyallahu ‘anhu berkata: ‘Ikutilah atsar kami dan janganlah kau melaksanakan bid’ah, maka sungguh kau sudah dicukupkan.’

Ibnu Wahb rahimahullah meriwayatkan pula, ia berkata: ‘Kamu harus menuntut ilmu sebelum diambil, dan diambilnya ilmu dengan wafatnya ulama. Kamu harus menuntut ilmu, bergotong-royong seseorang darimu tidak mengetahui kapan ia membutuhkan apa yang ada di sisinya. Dan kau akan menemukan beberapa kaum yang mengaku bahwa mereka mengajak kepada Kitabullah (al-Qur`an) padahal mereka telah melemparkannya di belakang punggung mereka. Kamu harus menuntut ilmu dan jauhilah bid’ah dan berlebih-lebihan dalam agama, dan tekunilah yang usang (sunnah).’

Dan darinya pula: ‘Sederhana dalam sunnah lebih baik dari pada bersungguh-sungguh dalam bid’ah.’
Dari Abu Bakar ash-Shiddiq radhiyallahu ‘anhu, ia berkata: ‘Aku tidak meninggalkan sesuatu yang Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam mengamalkannya kecuali saya mengamalkannya dan bergotong-royong saya khawatir kalau meninggalkan sesuatu dari kasus dia shallallahu ‘alaihi wa sallam akan menjadi tersesat.’
Dari Ibnu Umar radhiyallahu ‘anhu, ia berkata: ‘Shalat dalam safar yakni dua rekaat, siapa yang menyalahi sunnah ia kufur.’

Dari Ibnu Abbas radhiyallahu ‘anhu, ia berkata: ‘Kamu harus istiqamah dan mengikuti atsar, dan hindarilah bid’ah.’

Dan Ibnu Wahb rahimahullah meriwayatkan darinya, ia berkata: ‘Siapa yang memunculkan satu pendapat dalam Kitabullah (al-Qur`an) dan tidak pernah ada sunnah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam padanya, pasti ia tidak tahu apa yang akan menimpanya apabila bertemu Allah subhanahu wa ta’ala.’.

Demikian Artikel wacana Kumpulan Dalil Tentang Bid'ah Agama dari Al-Qur'an dan Hadits, semoga kita lebih berhati-hati lagi dalam urusan ibadah yang satu ini.