Masyarakat Lemah Bukan Esteger | Renungan Politik


Judul : Masyarakat Lemah Bukan Esteger | Renungan Politik
link : Masyarakat Lemah Bukan Esteger | Renungan Politik


Masyarakat Lemah Bukan Esteger | Renungan Politik

Renungan Politik pemerintahan masa kini - Esteger yakni tangga berkaki empat berbentuk persegi panjang yang terbuat dari beberapa batang kaso atau bambu bekas. Dibuat untuk diinjak sebagai pijakan dan sanggup menahan satu atau dua orang pekerja yang berdiri di atasnya. Kadang-kadang dibentuk tidak beraturan dan tidak diperbagus, tidak dicat dan tidak diperhalus. Tidak dibentuk permanen, dan hanya untuk sementara. Tangga tersebut sanggup digeser, ditarik dan diangkat sesuai dengan keperluan. Jika kurang tinggi hanya disambung kakinya saja.

Esteger dipakai ketika membangun rumah atau gedung, supaya pekerja sanggup menjangkau bab atas menyerupai dikala memasang bata, menembok, menciptakan plapon, mengecat dan lain-lain. Keberadaannya disimpan begitu saja, tidak dirawat, dibiarkan terkena panas dan hujan. Jika rumah atau gedung sudah jawaban dbuat, maka esteger akan disingkirkan dan dibongkar, alasannya yakni keberadaannya sangat merusak pemandangan dan memakan tempat. Adakalanya disimpan di gudang atau di daerah yang tersembunyi. Jika sudah lapuk dijadikan kayu bakar atau dibuang.

Banyak orang yang hidupnya menyerupai esteger terutama masyarakat lemah, orang-orang miskin dan tertindas. Mereka sangat dibutuhkan pada waktu-waktu tertentu, mereka selalu berada di bawah, namun keberadaannya sangat menentukan. Mereka sering disuruh mengerjakan yang kotor dan berbahaya menyerupai membersihkan got, menggali tanah, mengangkut barang berat, dll. Sekalipun pekerjaan mereka sangat penting, tapi sanggup kita perkirakan berapa penghasilannya. Dapat dibayangkan jikalau mereka mogok kerja, siapkah kita menggantikan mereka? Memang kita membutuhkan mereka dan mereka pun membutuhkan kita, nampaknya sulit jikalau mereka tidak dipekerjakan, namun penghasilan mereka tidak seberapa.

Pada demam isu politik menyerupai pemilihan umum / Pemilu atau Pilkada banyak kontestan atau calon berebut menarik simpati masyarakat lemah untuk memilihnya. Mereka dibujuk, diomong-omong dan diiming-iming serta digombali janji-janji. Para calon mendadak bersikap ramah, baik, sering tampil dengan alasan bersilaturahmi sambil membawa sumbangan. Mereka mengunjungi tempat-tempat yang banyak dikunjungi orang menengah ke bawah.

Dengan berbusana muslim, para calon pun mendatangi mesjid dan majlis taklim daerah berkumpul orang-orang Islam. Mereka berebut menarik simpatik untuk meraih bunyi yang banyak. Setelah berhasil menjadi pejabat atau anggota legistatif, mereka tidak berkunjung lagi. Mereka benar-benar melupakan kaum lemah yang telah mendukungnya. Saat masyarakat lemah tersebut terkena musibah, para pejabat dan wakil rakyat itu saling lempar tanggung-jawab. Mereka lebih fokus menumpuk harta kekayaan, sementara fakir miskin yang telah memilihnya tidak dipikirkannya. Bahkan mungkin dianggap sebagai penghalang kemajuan yang harus dibasmi atau sangat mengganggu pemandangan yang harus disingkirkan.

Dalam suasana Politik dikala ini disarankan untuk tidak mendukung yang menyebabkan masyarakat bawah sebagai esteger semata.
Rahmat Najieb.
Demikian renungan politik pada situs kumpulan kata bijak kehidupan untuk renungan dikala lagi santai.