Do’A Seorang Muslim Niscaya Terkabul | Dongeng Keajaiban Doa


Judul : Do’A Seorang Muslim Niscaya Terkabul | Dongeng Keajaiban Doa
link : Do’A Seorang Muslim Niscaya Terkabul | Dongeng Keajaiban Doa


Do’A Seorang Muslim Niscaya Terkabul | Dongeng Keajaiban Doa

Do’a Seorang Muslim Pasti Terkabul. Postingan kali ini membahas makalah agama wacana "Do'a", dimana sangat penting bagi umat insan menggantungkan harapan / impian dengan cara meminta kepada Dzat Yang Maha Mencipta. Hakikat do'a itu ialah meminta sesuatu yang tidak bisa dilakukan oleh kita kepada Allah SWT.
Judul yang ditulis pada goresan pena arena sahabat ini sembarangan, ini sesuai dengan kesepakatan Allah swt, dalam al-Qur’an Surat Al-Baqarah ayat 186 Allah berfirman:  
“Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu (Muhammad) wacana Aku, jawablah bahwa Aku yakni dekat. Aku mengabulkan permohonan orang yang berdoa apabila beliau memohon kepada-Ku, maka hendaklah mereka memenuhi segala perintah-Ku dan hendaklah mereka beriman kepada-Ku, supaya mereka selalu berada dalam kebenaran.” (QS Al-Baqarah: 186). 
Dengan firman Allah SWT di atas, bagi kita semestinya meyakini akan keajaiban do’a seorang muslim, bahwa do'a itu pasti terkabul.

Memahami bagaimana do’a orang yang meminta itu dikabul, mari terlebih dahulu kita simak dongeng singkat spesialis hadits termasyhur berjulukan Imam Bukhori. Beliau mempunyai nama lengkap Abu Abdullah Muhammad bin Ismail bin Ibrahim bin Al-Mughirah bin Bardizbah Al-Ju’fi Al-Bukhari (196 H/810 M-256 H/870 M). Lahir di Bukhara, Uzbekistan, beliau yakni jago hadis termasyhur sepanjang masa. Tetapi, tahukah Anda bahwa ulama yang hafal puluhan ribu hadits beserta detail sanadnya ini pernah mengalami kebutaan sewaktu kecil?
Sang ibunda yang begitu murung melihat kondisi Bukhari kecil. Beliau tiada henti berdoa untuk memohon kesembuhan putranya. Allah hasilnya mengabulkan doanya.
Pada suatu malam, ibunda Imam Bukhari bermimpi melihat Nabi Ibrahim yang berkata, “Hai Fulanah, sungguh Allah telah mengembalikan penglihatan putramu alasannya yakni seringnya engkau berdoa.” Pagi harinya, ibunda Imam Bukhari menyaksikan bahwa penglihatan putranya telah kembali normal. Demikianlah do’a yang sungguh-sungguh pasti diqobul Allah.

Demikian pula dongeng wacana do’a Nabi Zakaria (91 SM-1 M) sebagaimana dituturkan Al-Qur’an. Dalam usia senja, Nabi Zakaria gelisah alasannya yakni belum juga dikaruniai keturunan. Kendati demikian, pantang bagi Nabi dan Rasul Allah ke-22 ini patah arang. Siang dan malam beliau terus melabuhkan doa kepada Allah supaya memberinya seorang putra sebagai pewaris obor perjuangan.
“Ya Tuhanku, sungguh tulangku telah lemah dan telah menyala uban di kepalaku, dan saya belum pernah kecewa dalam berdoa kepada Engkau, Ya Tuhanku. Dan sungguh saya khawatir terhadap mawaliku sepeninggalku, sedang isteriku yakni seorang yang mandul, maka anugerahkanlah saya seorang putra dari sisi Engkau, yang akan mewarisi saya dan mewarisi sebagian keluarga Ya’qub. Dan jadikan dia, Ya Tuhanku, seorang yang diridai.” (QS Maryam: 4-6).
Allah menjawab do'a. Padahal, usia Nabi Zakaria ketika itu sudah mencapai sembilan puluh tahun dengan kondisi istri, Hannah, yang mandul. Tidak ada yang tidak mungkin bagi Allah. Setiap doa yang keluar dari ketulusan nurani dan kebersihan jiwa akan mengubah segala yang sepertinya tidak mungkin menjadi mungkin. Inilah kabar senang bagi kaum beriman. Apalagi Allah sendiri telah menegaskan akan mengabulkan setiap doa hamba sepanjang beliau mau taat kepada-Nya.

Memahami ayat di atas, tentu tidak alasan bagi kaum beriman untuk enggan berdoa. Jangan hingga ada anggapan bahwa tugas doa sangat sedikit dalam pencapaian sebuah keberhasilan. Itulah rujukan pikir orang yang sombong dan tidak tahu diri. Merasa diri hebat sehingga perlu mengesampingkan campur tangan Allah dalam setiap tarikan gerak dan langkah. Termasuk rujukan pikir picik juga ketika orang mau berdoa tetapi minus kemantapan bahwa doanya itu akan didengar Sang Maha Penentu Keputusan.

Allah pasti mendengar setiap keluh kesah, sekalipun yang tidak pernah terucap. Tidak ada relung jiwa insan yang tidak bisa ditembus Allah. Jarak antara Allah dan kita sangat dekat, melebihi urat leher. “Sungguh Kami telah membuat insan dan mengetahui segala yang dibisikkan oleh hatinya, dan Kami lebih akrab kepadanya daripada urat lehernya.” (QS Qaf: 16).

Itulah kenapa Islam yakni agama yang sangat kaya do'a. Tiada laris kehidupan Muslim yang tidak dimulai dan dipungkasi dengan doa. Menurut Muhammad bin Shalih Al-Utsaimin, ada dua macam doa: doa ibadah (penghambaan) dan doa duduk masalah (permintaan). Seluruh ibadah dalam rukun Islam hakikatnya yakni doa. Karena, rangkaian gerakan dan ucapan di dalamnya berintikan permohonan rida Allah. Paketnya eksklusif dari nas. Kita tinggal pakai, tanpa boleh berkreasi. Lain lagi dengan doa masalah, ibarat undangan pengampunan, kebahagiaan, belas kasih, penghidupan, kesuksesan, dan semacamnya. Meskipun bacaan dari Al-Qur’an dan hadis diutamakan, tetapi kita masih boleh berkreasi dengan bahasa sendiri. Terkabulnya doa jenis ini sangat bergantung kualitas doa ibadah kita.

Masih banyak kisah keajaiban doa yang tidak mungkin dikutip semua di sini. Atau boleh jadi malah sudah Anda alami sendiri. Pastinya, tidak ada makhluk di jagat raya ini yang bisa mengerahkan secuil daya dan upaya sekalipun, tanpa belas kasih dan uluran tunjangan Allah. Tantangan Allah sebagaimana disampaikan kepada kaum kafir Makkah sudah jelas, “Katakanlah, ‘Panggillah mereka yang kalian anggap ilahi selain Allah, pasti mereka tidak akan mempunyai kekuasaan untuk menghilangkan ancaman dari kalian dan tidak pula memindahkannya’.” (QS Al-Isra’: 56).
Alangkah lebih mulia sekiranya kita mampu merenungkan dan mengamalkan firman Allah berikut.
“Berdoalah kepada Tuhan kalian dengan berendah diri dan bunyi yang lembut. Sungguh Allah tidak menyukai orang-orang yang melampaui batas. Dan janganlah kalian membuat kerusakan di bumi, setelah Allah memperbaikinya dan berdoalah kepada-Nya dengan rasa takut dan harap. Sungguh rahmat Allah itu amat akrab kepada orang-orang yang berbuat baik.” (QS Al-A’raf: 55-56).
Referensi: Republika