Judul : Silaturrahim Keutamaan Dan Perintah Melaksanakannya
link : Silaturrahim Keutamaan Dan Perintah Melaksanakannya
Silaturrahim Keutamaan Dan Perintah Melaksanakannya
Sahabat arena seiman : bekerjsama silaturrahim termasuk ibadah kepada Allah I yang paling baik dan ketaatan yang paling agung, kedudukan yang tertinggi dan berkah yang besar, serta yang paling umum keuntungannya di dunia dan akhirat. Maka hakikat silaturrahim merupakan kebutuhan secara fitrah dan sosial, yang dituntut oleh fitrah yang benar dan dicenderungi oleh watak yang selamat.Sesungguhnya sempurnalah dengannya keakraban, tersebar kasih sayang dengan perantaraannya, dan merata rasa cinta. Ia ialah bukti kemuliaan, tanda muru`ah, mengusahakan bagi seseorang kemuliaan, pengaruh, dan wibawa. Karena alasan itulah berlomba-lomba padanya orang-orang mulia yang berakal, maka mereka menyambung (tali silaturrahim) kepada orang yang tetapkan dan memberi kepada orang yang tidak mau memberi, serta bersifat santun kepada yang bodoh. Tidaklah nampak muru`ah kecuali ada padanya tali kekeluargaan yang disambung kembali, kebaikan yang diberikan, kesalahan yang dimaafkan, dan uzur yang diterima.
Sesungguhnya silaturrahim memperkuat kasih sayang dan menambah rasa cinta, serta memperkokoh ikatan kekeluargaan. Nabi r bersabda:
إِنَّ صِلَةَ الرَّحِمِ مَحَبَّةٌ فِى اْلأَهْلِ وَمَثرَاةٌ فِى الْمَالِ وَمَنْسَأَةٌ فِى اْلأَثَرِ
"Sesungguhnya silaturrahim ialah rasa cinta di dalam keluarga, menambah harta, dan memperpanjang umur."[1]Sesungguhnya silaturrahim menambah umur, memakmurkan negeri, menambah keberkahan rizqi, dan memelihara kesudahan yang buruk. Nabi r bersabda:
مَنْ أَحَبَّ أَنْ يُبْسَطَ لَهُ فِى رِزْقِهِ وَيُنْسَأَ لَهُ فِى أَثَرِهِ فَلْيَصِلْ رَحِمَهُ
"Barangsiapa yang ingin dimudahkan rizkinya dan dipanjangkan umurnya, maka hendaklah ia menyambung tali silaturrahim."[2]Maka silatahurrahim merupakan kewajiban yang sangat ditekankan, tidak ada yang memutuskannya dan mengingkarinya kecuali orang yang telah rusak fitrahnya, buruk akhlaknya, buruk tabiatnya, dan ia sudah pantas mendapat kutukan dari Allah. Firman Allah SWT:
فَهَلْ عَسَيْتُمْ إِن تَوَلَّيْتُمْ أَن تُفْسِدُوا فِي اْلأَرْضِ وَتُقَطِّعُوا أَرْحَامَكُمْ . أُوْلَئِكَ الَّذِينَ لَعَنَهُمُ اللهُ فَأَصَمَّهُمْ وَأَعْمَى أَبْصَارَهُمْ
Maka apakah kiranya kalau kau berkuasa kau akan membuat kerusakan dimuka bumi dan tetapkan relasi kekeluargaan . Mereka itulah orang-orang yang dila'nati Allah dan ditulikan-Nya indera pendengaran mereka dan dibutakan-Nya penglihatan mereka. (QS. Muhammad :22-23)Karena itulah, Allah memerintahkan dalam kitab-Nya yang mulia untuk menyambung tali silaturrahim di beberapa ayat: Allah SWT berfirman:
وَاعْبُدُوا اللهَ وَلاَتُشْرِكُوا بِهِ شَيْئًا وَبِالْوَالِدَيْنِ إِحْسَانًا
Sembahlah Allah dan janganlah kau mempersekutukan-Nya dengan sesuatupun. Dan berbuat oke kepada dua orang ibu-bapak, …. (QS. An-Nisaa`:36)Dan firman Allah SWT:
وَاتَّقُوا اللهَ الَّذِي تَسَآءَلُونَ بِهِ وَاْلأَرْحَامَ إِنَّ اللهَ كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيبًا
Dan bertaqwalah kepada Allah yang dengan (mempergunakan) nama-Nya kau saling meminta satu sama lain, dan (peliharalah) relasi silaturrahim. Sesungguhnya Allah selalu menjaga dan mengawasi kamu. (QS. 4:1)Maksudnya ialah –wallahu 'alam- bertaqwalah kepada Allah dengan melaksakan taat kepada-Nya dan meninggalkan perbuatan durhaka kepada-Nya, dan takutilah relasi silaturrahim bahwa kau memutuskannya, akan tetapi sambunglah dan berbuat oke kepadanya.
Maka Allah SWT menyuruh menyambung relasi silaturrahim setelah memerintahkan bertaqwa kepada-Nya. Maka Allah SWT mengingatkan para da'i-Nya yang berada di di antara manusia, semoga menyambung tali silaturrahim, lantaran mereka berasal dari satu jiwa, dan untuk memperlihatkan bahwa silaturrahim lantaran mengharapkan ridha Allah, merupakan salah satu efek taqwa kepada Allah SWT yang penuh berkah, menjadi tanda meresapnya taqwa di dalam hati, merupakan petunjuk kebenaran iman. Maka insan yang paling menyambung silaturrahim merupakan insan yang paling tepat iktikad dan paling bertaqwa kepada Rabb-Nya. Kerena inilah, Nabi r merupakan orang yang paling menyambung relasi silaturrahim dan yang paling bertaqwa kepada Allah SWT. Karena itulah, Khadijah radhiyallahu 'anha menyebutkan hal itu ketika turunnya wahyu pertama kali, ketika dia swt berkata kepada Khadijah radhiyallahu 'anha dan bercerita kepadanya:
إِنِّي خَشِيْتُ عَلَى نَفْسِي
'Sesungguhnya saya merasa khawatir terhadap diriku.' Maka ia berkata, 'Sekali-kali tidak, bekerjsama Allah I tidak akan pernah menghinakan engkau, bekerjsama engkau benar-benar menyambung relasi silaturrahim…'[3]Di antara besarnya kasus silaturrahim, bekerjsama Allah I mengambil baginya satu nama dari nama-Nya yang Maha Agung, maka dari Abdurrahman bin 'Auf ra, ia berkata, 'Aku mendengar Rasulullah saw bersabda:
قَالَ اللهُ تعالى: أَنَا اللهُ وَأَنَا الرَّحْمنُ, خَلَقْتُ الرَّحِمَ وَشَقَقْتُ لَهَا اسْمًا مِنْ اسْمِي فَمَنْ وَصَلَهَا وَصَلْتُهُ وَمَنْ قَطَعَهَا قَطَعْتُهُ
"Allah I berfirman, 'Aku ialah Allah I, dan Aku Yang Maha Penyayang, Aku membuat rahim, dan Aku mengambilkan baginya satu nama dari nama-Ku. Maka barangsiapa yang menyambungnya pasti Aku menyambung (hubungan dengan)nya dan barangsiapa yang memutuskannya pasti Aku tetapkan (hubungan dengan)nya."[4]Karena menurut ayat-ayat tersebut dan yang lainnya, serta hadits-hadits Nabi saw ini, di samping juga yang akan disebutkan, silaturrahim merupakan kasus besar, kedudukan yang tinggi, sanjungan yang indah, dan sebutan yang baik di dunia, dan kesudahan yang indah di alam abadi bagi orang yang menyambung relasi silaturrahim dan melakukan hak ini dengan sebaik-baiknya.
Saudaraku sesama muslim: Sesungguhnya silaturrahim merupakan amal shalih yang penuh berkah, dan menawarkan kepada pelakunya kebaikan di dunia dan akhirat. Menjadikannya diberkahi di manapun ia berada, Allah SWT menawarkan berkah kepadanya di setiap kondisi dan perbuatannya, baik yang segera maupun yang tertunda. Keutamaannya sangat banyak, profitnya melimpah, buahnya matang, pohon-pohonnya baik yang menawarkan makanannya di setiap waktu dengan ijin Rabb-nya. maka diantara keutamaan silaturahmi tersebut ialah sebagai berikut:
1. Silaturrahim merupakan sebagian dari konsekuensi iktikad dan tanda-tandanya: dari Abu Hurairah t ia berkata, 'Rasulullah r bersabda:
مَنْ كَانَ يُؤْمِنُ بِاللهِ وَاْليَوْمِ اْلآخِرِ فَلْيُكْرِمْ ضَيْفَهُ, وَمَنْ كَانَ يُؤْمِنُ بِاللهِ وَاْليَوْمِ اْلآخِرِ فَلْيَصِلْ رَحِمَهُ
"Barang siapa yang beriman kepada Allah dan hari simpulan maka hendaklah ia memuliakan tamunya, dan barangsiapa yang beriman kepada Allah I dan hari simpulan maha hendaklah ia menyambung relasi silaturrahim, …"[5]2. Silaturrahim ialah penyebab bertambah umur dan luas rizqi: dari Abu Hurairah t, ia berkata, 'Aku mendengar Rasulullah saw bersabda:
مَنْ أَحَبَّ أَنْ يُبْسَطَ لَهُ فِى رِزْقِهِ وَيُنْسَأَ لَهُ فِى أَثَرِهِ فَلْيَصِلْ رَحِمَهُ
"Barangsiapa yang bahagia diluaskan rizqinya dan dipanjangkan umurnya, maka hendaklah ia menyambung relasi silaturrahim."[6]
3. Silaturrahim mengakibatkan adanya relasi dengan Allah bagi orang yang menyambungnya: dari Abu Hurairah ra, ia berkata, 'Rasulullah saw bersabda:
إَنَّ اللهَ خَلَقَ الْخَلْقَ حَتَّى إِذَا فَرَغَ مِنْهُمْ قَامَتِ الرَّحِمُ فَقَالَتْ:هَذَا مَقَامُ الْعَائِذُ بِكَ مِنَ الْقَطِيْعَةِ. قَالَ: َنعَمْ, أَمَا تَرْضَيْنَ أَنْ أَصِلَ مَنْ وَصَلَكَ وَأَقْطَعَ مَنْ َقطَعَكَ؟ قَالَتْ: بَلَى. قَالَ: فَذَلِكَ لَكَ.
"Sesungguhnya Allah SWT membuat makhluk, hingga apabila Dia selesai dari (menciptakan) mereka, rahim bangkit seraya berkata: ini ialah kedudukan orang yang berlindung dengan-Mu dari memutuskan.' Dia berfirman: 'Benar, apakah engkau ridha bahwa Aku menyambung orang yang menyambung engkau dan tetapkan orang yang tetapkan engkau? Ia menjawab, 'Bahkan.' Dia berfirman, 'Itulah untukmu.'Dan dalam satu riwayat al-Bukhari:
فَقَالَ اللهُ تعالى: مَنْ وَصَلَكَ وَصَلْتُهُ وَمَنْ قَطَعَكَ قَطَعْتُهُ
"Allah SWT berfirman, 'Barangsiapa yang menyambung engkau pasti Aku menyambungnya dan barangsiapa yang tetapkan engkau pasti Aku memutuskannya."[7]4. Silaturrahim merupakan salah satu penyebab utama masuk nirwana dan jauh dari neraka: dari Abu Ayyub al-Anshari t, bekerjsama seorang pria berkata, 'Ya Rasulullah, ceritakanlah kepadaku amalan yang memasukkan saya ke dalam nirwana dan menjauhkan saya dari neraka.' Maka Nabi saw bersabda:
تَعْبُدُ اللهَ وَلاَ تُشْرِكُ بِهِ شَيْئًا وَتُقِيْمُ الصَّلاَةَ وَتُؤْتِيَ الزَّكَاةَ وَتَصِلُ الرَّحِمَ.
"Engkau menyembah Allah SWY dan tidak menyekutukan sesuatu dengan-Nya, mendirikan shalat, menunaikan zakat, dan menyambung tali silaturrahim."[8]Dan dalam satu riwayat:
إِنْ تَمَسَّكَ بِمَا أَمَرْتُهُ بِهِ دخَلَ َالْجَّنََّةَ
"Jika dia berpegang dengan apa yang Kuperintahkan kepadanya pasti ia masuk surga."5. Silaturrahim merupakan ketaatan kepada Allah I dan ibadah besar, serta petunjuk takutnya hamba kepada Rabb-Nya. Maka ia menyambung tali silaturrahim tatkala Allah SWT menyuruh untuk disambung. Dan Allah SWT berfirman:
وَالَّذِينَ يَصِلُونَ مَآأَمَرَ اللهُ بِهِ أَن يُوصَلَ وَيَخشَوْنَ رَبَّهُمْ وَيَخَافُونَ سُوءَ الْحِسَابِ
dan orang-orang yang menghubungkan apa-apa yang Allah perintahkan supaya dihubungkan, dan mereka takut kepada Rabbnya dan takut kepada hisab yang buruk. (QS. Ar-Ra'd :21)6. Sesungguhnya silaturrahim lebih besar dari pada memerdekakan budak. Dari Ummul mukminin Maimunah binti al-Harits radhiyallahu 'anha, bekerjsama dia memerdekakan budak yang dimilikinya dan dia tidak meminta izin kepada Nabi r. Maka tatkala pada hari yang menjadi gilirannya, ia berkata, 'Apakah engkau merasa wahai Rasulullah bahwa bekerjsama saya telah memerdekakan budak (perempuan) milikku? Beliau bertanya, 'Apakah sudah engkau lakukan? Dia menjawab, 'Ya.' Beliau bersabda:
أَمّا إِنَّكِ لَوْ أَعْطَبْتِهَا أَخْوَالَكِ كَانَ أَعْظَمَ ِلأَجْرِكِ.
"Adapun kalau engkau memberikannya kepada paman-pamanmu pasti lebih besar pahalanya untukmu."[9]7. Di antara besarnya silaturrahim, bekerjsama sedekah terhadap keluarga sendiri tidak ibarat sedekah terhadap orang lain. Dari Salman bin 'Amir ra, dari Nabi saw, dia bersabda:
... الصَّدَقَةُ عَلَى الْمِسْكِيْنِ صَدَقَةٌ وَعَلَى ذِي الرَّحِمِ اثْنَتَانِ: صَدَقَةٌ وَصِلَةٌ
"…Sedekah terhadap orang miskin ialah sedekah dan terhadap keluarga sendiri mendapat dua pahala: sedekah dan silaturrahim."[10]Dan demikian pula dari hadits Zainab ats-Tsaqafiyah radhiyallahu 'anha, istri Abdullah bin Mas'ud t, ketika ia pergi dan bertanya kepada Nabi r, 'Apakah boleh berzakat darinya kepada suaminya dan bawah umur yatim yang ada dalam asuhannya? Maka Nabi r bersabda:
لَهَا أَجْرَانِ: أَجْرُ الْقَرَابَةِ وَأَجْرُ الصَّدَقَةِ
"Untuknya dua pahala, pahala keluarga dan pahala sedekah."[11]Wahai sahabat sesama Islam: termasuk hak keluarga dan kerabatmu bahwa engkau mengunjungi yang sakit dari mereka, membantu yang fakir, memperhatikan yang membutuhkan dari mereka, menyayangi yang kecil, membantu anak yatim, menghormati yang besar, dan engkau menawarkan kepada mereka dengan kebaikanmu kepada selain mereka, engkau menawarkan senyum kepada mereka ketika bertemu, lembut berkata-kata kepada mereka, berbuat baik dalam berafiliasi dengan mereka, dalam arti saling mengunjungi, saling memberi hadiah dan salam, serta saling mendo'akan.
Wahai saudaraku, kasus ini tidak berhenti hanya hingga di sini, tetapi kau harus menyambung relasi dengan mereka, sekalipun mereka bersikap kaku dan tetapkan hubungan. Engkau harus tetap bersikap santun kepada mereka, sekalipun mereka terbelakang dan jahil. Dengan demikian, engkau telah melebihi mereka beberapa derajat di sisi Allah SWY, lantaran begitu banyaknya kebaikanmu dan buruknya sikap mereka, serta jahatnya sikap mereka bersamamu.
Berbuat oke kepada insan pasti engkau mendapat hati mereka. Sering kali insan menjadi budak lantaran perbuatan baik.
Imam Muslim dan Imam Ahmad rahimahumallah meriwayatkan dari Abu Hurairah t, ia berkata, 'Seorang pria tiba kepada Nabi r seraya berkata, 'Ya Rasulullah, bekerjsama saya mempunyai kerabat yang terus kusambung relasi dengan mereka dan mereka memutuskan, saya berbuat baik kepada mereka dan mereka berbuat jahat kepadaku, dan mereka bersikap terbelakang kepadamu sedangkau saya selalu bersikap santun kepada mereka. Beliau bersabda:
لَئِنْ كُنْتَ كَمَا قُلْتَ, فَكَأَنَّمَا تُسِفُّهُمُ الْمَلَّ, وَلاَيَزَالُ مَعَكَ مِنَ اللهِ ظَهِيْرٌ عَلَيْهِمْ مَادُمْتَ عَلَى ذلِكَ.
"Jika engkau benar-benar ibarat yang engkau katakan, maka seperti engkau menaburkan bara panas di wajah mereka. Dan senantiasa kemenangan dari Allah I menyertaimu terhadap mereka, selama engkau tetap ibarat itu."[12]Wahai sahabat arena: sebagian insan tidak menyambung hubungan dengan kerabatnya kecuali apabila mereka menyambungnya. Ini pada hakekatnya bukan menyambung tali silaturrahim. Sesungguhnya hal itu hanyalah membalas jasa. Karena bekerjsama muru`ah dan fitrah yang sehat menuntut untuk membalas jasa kepada orang yang berbuat baik kepadamu, sama saja ia termasuk kerabatmu atau bukan. Dari Abdullah bin 'Amr bin al-'Ash ra, dari Nabi saw, dia bersabda:
لَيْسَ الْوَاصِلُ بِالْمُكَافِئِ وَلكِنَّ الْوَاصِلَ الَّذِي إِذَا قُطِعَتْ رَحِمُهُ وَصَلَهَا
"Orang yang menyambung (tali silaturrahim) bukanlah orang yang membalas jasa. Akan tetapi orang yang menyambung (tali silaturrahim) ialah yang apabila diputuskan relasi (silatarrahim)nya, ia menyambungnya."[13]Dan dari 'Uqbah bin 'Amir t, saya berkata, 'Ya Rasulullah, ceritakanlah kepadaku wacana amalan yang utama,' maka dia bersabda:
صِلْ مَنْ قَطَعَكَ وَأَعْطِ مَنْ حَرَمَكَ وَأَعْرِضْ عَمَّنْ ظَلَمَكَ
Wahai 'Uqbah, sambunglah orang yang tetapkan (hubungan dengan)mu, berilah kepada orang yang tidak memberi kepadamu, dan berpalinglah dari orang yang berbuat zalim kepadamu."[14]Wahai sahabat arena, bekerjsama termasuk silaturrahim bahwa engkau mengampuni kesalahan orang lain, menutupi kekeliruan. Dan tiadalah logika sehat, keutamaan, dan kecerdasan kecuali engkau menyambung tali silaturrahim kepada orang yang telah memutuskan, memberi kepada orang yang tidak pernah memberi kepadamu, memaafkan kepada orang yang berbuat zalim kepadamu, dan bersikap santun kepada yang terbelakang terhadapmu. Dan bertambahlah kecerdasan, besarlah keutamaan, dan tinggilah jiwa ketika engkau berbaik sangka (husnuz zhan) dengan mereka, dan melihat pada kekeliruan mereka dengan pandangan orang yang mulia lagi toleran.
Hendaklah kita bertaqwa kepada Allah SWT, takut terhadap marah dan siksa-Nya, dan hendaklah kita menyambung silaturrahim kita. Firman Allah I:
وَأُوْلُوا اْلأَرْحَامِ بَعْضُهُمْ أَوْلَى بِبَعْضٍ فِي كِتَابِ اللهِ
Dan orang-orang yang mempunyai relasi darah satu sama lain lebih berhak (waris mewarisi) di dalam Kitab Allah (QS. Al-Ahzab:6)Sesungguhnya tetapkan tali silaturrahim merupakan dosa besar yang Allah I menawarkan bahaya kepada pelakunya dengan banyak sekali siksaan dan hukuman, baik di dunia maupun di akhirat. Bagaimana tidak, padahal Rasulullah r bersabda:
اَلرَّحِمُ مُعَلَّقَةٌ بِالْعَرْشِ تَقُوْلُ: مَنْ وَصَلَنِي وَصَلَهُ اللهُ وَمَنْ قَطَعَنِي قَطَعَهُ اللهُ
"Rahim bergantung di Arys seraya berkata: Barangsiapa yang menyambung hubunganku pasti Allah I menyambungnya, dan barangsiapa yang tetapkan saya pasti Allah I tetapkan relasi dengannya."[15]Maka orang yang tetapkan tali silaturrahim terputus dari Allah I. Dan siapa yang Allah tetapkan relasi dengannya, maka kebaikan apakah yang sanggup diharapkannya, dan keburukan apakah yang ia sanggup kondusif darinya, baik di dunia maupun di alam abadi selama ia masih tetapkan tali silaturrahmi? Dari Abu Bakrah, dari Nabi SAW, dia bersabda:
مَا مِنْ ذَنْبٍ أَحْرَى أَنْ يُعَجِّلَ اللهُ لِصَاحِبِهِ الْعُقُوْبَةَ فِى الدُّنْيَا مَعَ مَا يُدَّخَرُ لَهُ فِى اْلآخِرَةِ مِنَ الْبَغْيِ وَقَطِيْعَةِ الرَّحِمِ
"Tidak ada dosa yang Allah I lebih mempercepat siksaan kepada pelakunya di dunia, serta yang tersimpan untuknya di alam abadi selain perbuatan zalim dan tetapkan tali silaturrahim."[16]Sahabatku yang mulia: apabila hal itu sudah diketahui, maka ketahuilah, bekerjsama tetapkan relasi silaturrahim –semoga Allah I melindungi kita semua- termasuk alasannya terhapusnya hati, butanya mata hati, dan terhalang mendapat ilmu yang bermanfaat. Bahkan, terhalang mendapat semua kebaikan. Maka orang yang tetapkan silaturrahim, kehidupannya susah, tidak ada yang menyukai dan menyebutnya. Dan apabila ia disebut orang, maka dengan pembicaraan yang buruk dan sifat yang jelek. Karena tetapkan silaturrahim termasuk kerusakan di muka bumi, Allah I telah tetapkan kepada pelakunya dengan mendapat kutukan dan eksekusi yang segera (di dunia) dan tertunda (di akhirat). Firman Allah I:
فَهَلْ عَسَيْتُمْ إِن تَوَلَّيْتُمْ أَن تُفْسِدُوا فِي اْلأَرْضِ وَتُقَطِّعُوا أَرْحَامَكُمْ أُوْلَئِكَ الَّذِينَ لَعَنَهُمُ اللهُ فَأَصَمَّهُمْ وَأَعْمَى أَبْصَارَهُمْ
Maka apakah kiranya kalau kau berkuasa kau akan membuat kerusakan dimuka bumi dan tetapkan relasi kekeluargaan* Mereka itulah orang-orang yang dila'nati Allah dan ditulikan-Nya indera pendengaran mereka dan dibutakan-Nya penglihatan mereka. (QS. Muhammad :22-23)Dan firman Allah I:
وَالَّذِينَ يَنقُضُونَ عَهْدَ اللهِ مِن بَعْدِ مِيثَاقِهِ وَيَقْطَعُونَ مَآ أَمَرَ اللهُ بِهِ أَن يُوصَلَ وَيُفْسِدُونَ فِي اْلأَرْضِ أُوْلَئِكَ لَهُمُ الْلَّعْنَةُ وَلَهُمْ سُوءُ الدَّارِ
Orang-orang yang merusak kesepakatan Allah sehabis diikrarkan dengan teguh dan tetapkan apa-apa yang Allah perintahkan supaya dihubungkan dan mengadakan kerusakan di bumi, orang-orang itulah yang memperoleh kutukan dan bagi mereka kawasan kediaman yang buruk(jahannam). (QS. Ar-Ra'd:25)Dan diriwayatkan dari Nabi r, bekerjsama dia bersabda:
إِذَا ظَهَرَ الْقَوْلُ وَخزن الْعَمَلُ وَائْتَلَفَتِ اْلأَلْسُنُ وَتَبَاغَضَتِْ الْقُلُوْبُ وَقَطَعَ كُلُّ ذِي رَحِمٍ رَحِمَهُ فَعِنْدَ ذلِكَ لَعَنَهُمُ اللهُ فَأَصَمَّهُمْ وَأَعْمَى أَبْصَارَهُمْ
"Apabila nampak ucapan dan tersimpan amal ibadah, kesepakatan nampak di pengecap dan hati saling membenci, serta setiap orang yang mempunyai keluarga memutuskannya. Maka ketika itulah Allah I mengutuk mereka, menulikan mereka, dan membutakan mata hati mereka."[17]Dan diriwayatkan bahwa orang yang tetapkan tali silaturrahim, amalnya tidak diterima. Dari Abu Hurairah t, ia berkata, 'Aku mendengar Rasulullah r bersabda:
إِنَّ أَعْمَالَ بَنِي آدَمَ تُعْرَضُ كُلَّ خَمِيْسٍ لَيْلَةَ الْجُمُعَةِ فَلاَ يُقْبَلُ عَمَلُ قَاطِعِ رَحِمٍ
"Sesungguhnya amal ibadah insan diperlihatkan setiap hari Kamis malam Jum'at, maka tidak diterima amal ibadah orang yang tetapkan relasi silaturrahim."[18]Tahukah engkau, wahai saudaraku yang mulia, kerugian orang yang tetapkan tali silaturrahimnya, maka janganlah engkau termasuk dari mereka. Dan orang yang tetapkan silaturrahim juga membawa dirinya untuk tidak dikabulkan doanya. Diriwayatkan bahwa Ibnu Mas'ud RA, pada suatu hari duduk sehabis Subuh di satu halqah, maka berkata: 'Aku meminta kepada orang yang tetapkan silaturrahim semoga bangkit meninggalkan kami. Sesungguhnya kami ingin berdoa kepada Rabb kami dan bekerjsama pintu langit tertutup lantaran orang yang tetapkan silaturrahim.'
Maka janganlah engkau membawa dirimu, wahai si miskin, bahwa doamu ditolak bila kau berdoa kepada Allah SWTI. Dan orang yang tetapkan tali silaturrahim membuat sial masyarakat yang dia tinggal padanya. Dari Abdullah bin Abi Aufa t, ia berkata, 'Aku mendengar Rasulullah r bersabda:
لاَ تَنْزِلُ الرَّحْمَةُ عَلَى قَوْمٍ فِيْهِمْ قَاطِعُ رَحِمٍ
"Rahmat tidak turun kepada kaum yang pada mereka ada yang tetapkan silaturrahim."[19]Dan orang yang tetapkan tali silaturrahim terancam tidak sanggup masuk surga. Dari Abu Muhammad Jubair bin Muth'im t, dari Nabi r, dia bersabda:
لاَ يَدْخُلُ الْجَنَّةَ قَاطِعٌ
"Tidak sanggup masuk nirwana orang yang tetapkan (silaturrahim)."[20]Wallahu 'alam.
Daftar Pustaka
[1] HR. Ahmad dan at-Tirmidzi, dan ia berkata: hadits gharib dari jalur ini, dan diriwayatkan oleh al-Hakim, dan ia menshahihkannya, dan disetujui oleh adz-Dzahabi.
[2] Muttafaqun 'alaih, dari hadits Anas bin Malik t. Al-Bukhari 10/348, Muslim 2557, dan Abu Daud 1693.
[3] Muttafaqun 'alaih, dari hadits 'Aisyah radhiyallahu 'anha.
[4] HR. at-Tirmidzi no. 1907, Abu Daud 1694, dan Ahmad 1662 dan 1683.
[5] Muttafaqun 'alaih, al-Bukhari 10/336 dan Muslim no. 85.
[6] Muttafaqun 'alaih, dari hadits Anas bin Malik t. Al-Bukhari 10/348, Muslim 2557, dan Abu Daud 1693.
[7] Muttafaqun 'alaih, 10/349 dan 13/392, Muslim no. 2554
[8] Muttafaqun 'alaih, al-Bukhari 3/208, dan Muslim no. 13.
[9] Muttafaqun 'alaih, al-Bukhari 5/161, Muslim no. 999, dan Abu Daud no. 1690.
[10] HR. at-Tirmidzi 658 dan ia berkata: Hadits hasan, Abu Daud 2355, an-Nasa`i 5/92, Ibnu Majah 1844, dan dishahihkan oleh Ibnu Hibban no. 892.
[11] Muttafaqun 'alaih, al-Bukhari 3/259 dan Muslim no. 1000.
[12] HR. Muslim no. 2558.
[13] HR. al-Bukhari 10/355, Abu Daud no. 1697, dan at-Tirmidzi no. 1909.
[14] HR. Ahmad dalam al-Musnad.
[15] Muttafaqun 'alaih, al-Bukhari 10/350 dan Muslim no. 2555.
[16] HR. at-Tirmidzi 2511, Abu Daud 4902, Ibnu Majah 4211, dan at-Tirmidzi berkata: hadits hasan shahih, dan dishahihkan oleh Syaikh al-Albani dalam Shahih Sunan Abu Daud.
[17] HR. ath-Thabrani dalam al-Mu'jam al-Kabir. Lihat Kanzul Umal dan Majma' az-Zawa`id karya al-Haistami.
[18] HR. Ahmad dalam al-Musnad. Lihat Majma' az-Zawa`id.
[19] Hadits ini diriwayatkan oleh Abu Laits as-Samarqandi no. 158 dan dijelaskan oleh muhaqqiq bahwa Syaikh al-Albani menyampaikan bahwa hadits ini dha'if dalam Dha'if al-Jami' no 1463. Namun pengarang menyampaikan bahwa hadits ini diriwayatkan oleh Muslim dan tidak menjelaskan nomor hadits. Wallahu A'lam. Pent.
[20] Muttafaqun 'alaih, al-Bukhari 10/347 dan Muslim no. 2556.