Judul : Anak Usia Prasekolah, Karakteristik Perkembangan Dan Cara Belajarnya
link : Anak Usia Prasekolah, Karakteristik Perkembangan Dan Cara Belajarnya
Anak Usia Prasekolah, Karakteristik Perkembangan Dan Cara Belajarnya
Pendidikan prasekolah sudah semenjak usang diselenggarakan di negara kita, apalagi di negara-negara barat. Di negara kita, tercatat semenjak jaman penjajahan Belanda atau sekitar awal era 20 (bahkan mungkin semenjak sebelum itu), pendidikan pra sekolah sudah mulai dilaksanakan. Di negara-negara barat, juga tercatat sebelum Pestalozzi (1747-1827) memperkenalkan sistem elementory education, upaya-upaya penyelenggaraan pendidikan prasekolah itu sudah mulai dilakukan.Alasan dan tujuan penyelenggaraan pendidikan prasekolah memang bisa berbeda satu sama lain, tergantung pada persepsi dan kepentingan masing-masing. Dengan landasan pemahaman, alhasil mereka diharapkan sanggup memahami dan menyadari perlakuan-perlakuan pendidikan yang mereka lakukan terhadap anak secara profesional.
A. Pentingnya Pendidikan Pra Sekolah
Pestalozi, Matessori, Froebel, Ki Hajar Dewantara, Malaguzzi yaitu pola dari sekian tokoh pendidikan yang sangat peduli dengan pendidikan prasekolah. Tiga alasan utama yang mendukung kepedulian mereka adalah:
Pertama, dilihat dari kedudukan usia pra-sekolah bagi perkembangan anak selanjutnya. Sejak usang banyak andal yang memandang usia pra sekolah atau balita sebagai fase yang sangat pundamental bagi perkembangan individu. Batas kesempatan untuk perkembangan matematika yaitu hingga empat tahun, dan untuk musik antara 3-10 tahun.
Kedua: Dilihat dari hakikat berguru dan perkembangan. Belajar perkembangan merupakan suatu proses yang berkesinambungan, pengalaman berguru merupakan dasar bagi proses berguru dan perkembangaa selanjutnya.
Ketiga: tuntutan-tuntutan non-edukatif lainnya yang berkembang cukup umur ini juga mendorong para orang bau tanah untuk semakin peduli terhadap forum pendidikan pra-sekolah.Dijaman yang penuh tantangan dan persaingan ini, mereka diharapkan tidak lagi menyelenggarakan pendidikan anak usia prasekolah secara asal-asalan. Sebaliknya, mereka dituntut untuk menyelenggarakan pendidikan secara profesional sehingga bisa melahirkan generasi muda yang tangguh dan siap mengarungi lautan kehidupan yang semakin kompetitif di masa yang akan datang.
B. Pendidikan Pra Sekolah Akademik atau Non-Akademik
Semakin semaraknya penyelenggaraan pendidikan prasekolah merupakan suatu fenomena yang sangat menggembirakan :
1. Pendekatan Pendidikkan Pra-sekolah Akademik
Pendekatan pendidikan yang berorientasi akademik pada pada dasarnya yaitu suatu pendekatan pendidikan yang sangat menekankan segi penguasaan pengetahuan dan keterampilan. tertentu seperti; Membaca, Menulis, Berhitung dan menghapal sejumlah fakta sebagai hasil berguru anak. Mereka berasumsi bahwa proses berguru yang pendek sanggup dilakukan secara cepat melalui periode-periode berguru yang pendek dengan memakai mata pelajaran yang terpisah. Berdasarkan perkiraan tsb, mereka membuatkan model kurikulum cara berguru mengajar dikelas dengan cara penilaian yang benar-benar terarah kepada penguasaan materi sebagaimana yang dirancang dan dipersiapkan sebelumnya.
Kurikulum pendekatan sangat sistematis, kurikulum terdiri atas seperangkat pengetahuan dan keterampilan yang terstruktur secara ketat dan disampaikan kepada anak secara terstruktur pula.
2. Pendekatan Pendidikan Pra-sekolah Non-Akademik
Para penganut paham ini menerapkan kurikulum yang integrasi dan bersifat emergent, dengan kurikulum ini proses pembelajaran anak tidak lagi dalam bentuk niat pelajaran yang terpisah-pisah, melainkan dengan menampilkan sebagai satu kesatuan pengetahuan. Pengalaman impulsif dan dunia konstektual anak merupakan hal yang sangat diperhatikan pengembangan kurikulum konkret yang direalisasikan didalam kelas. Dalam pendekatan ini pengalaman berguru anak yang bersipat eksklusif (hand on experience) merupakan hal yang sangat dihargai
Cara penilaian demikian dikepala Sebagai (portofolio assessment/authentic assessment) sebagimana berdasarkan Grennberg (1990) rnenjelaskan bahwa dengan portopolio assessment guru melaksanakan penilaian dengan cara:
a) Mengamati merekam, dan menciptakan catatan anekdok wacana mirat anak, dan hal lain yang sangat special.
b) Mengidentifikasi kebutuhan-kebutuhan khusus anak dalam bidang apa saja.
c) Mengumpulkan dan menyiman fakta-fakta dan pola dari aktivitas- kegiatan anak.
d) Saling tukar warta dan pendapat wacana proses yang didapat secara luas dengan orang bau tanah dan staf lain.
3. Beberapa Pertimbangan dalam Memilih Pendekatan
Bagi para orang bau tanah dan guru yang lebih menghendaki prestasi akademik penguasaan subjek matter, pendekatan pertama tentunya lebih menjanjikan.
Sebaliknya, bagi mereka yang lebih mengharapkan segi pengembangan kreativitas, minat berguru yang intrinsik, kemandirian berpikir serta pengembangan konsep-konsep dasar berpikir yang diharapkan untuk proses berguru selanjutnya, maka pendekatan kedua lebih memperlihatkan harapan. Pendekatan mana yang dipilih tergantung pada bentuk hasil berguru yang akan lebih memuaskan pihak yang bersangkutan.
C. Perspektif Historis Pendidikan Pra Sekolah di Indonesia
Guna memperoleh pemahaman yang komprehensif wacana konsep dasar pendidikan prasekolah, dipandang perlu untuk memahami bagaimana perkembangan pendidikan pra sekolah tersebut di Indonesia.
Perkembangan pendidikan prasekolah di Indonesia tidak lepas dari perkembangan kehidupan bangsa secara menyeluruh, khususnya perkembangan politik dan kebijakan pemerintah dibidang pendidikan.
1. Periode Penjajahan Belanda (1914-1941)
Pemerintah Kolonial Belanda mulai menyelenggarakan pendidikan pra sekolah di Indonesia secara terbatas. Pemerintah Belanda mendirikan lembaga-lembaga pendidikan prasekolah tersebut terbatas untuk mengikuti jadwal pendidikan prasekolah tersebut, yakni hanya mereka yang berketurunan ningrat atau bangsawan.
Pada masa penjajahan Belanda, guru-guru prasekolah mendapatkan pendidikan dari satu forum berikut :
- 1. Sekolah Pendidikan Guru Prasekolah (Froebel Kweekschool) atau,
- 2. Sekolah Pendidikan Kesejahteraan Keluarga (Home-economics School)
Untungnya selamanya selama di Belanda Ki Hajar Dewantara banyak berguru wacana pendidikan, khususnya pendekatan Froebel dan Montessori. Program pendidikan anak di bawah usia 7 tahun yang berorientasi Nasional Indonesia mulai dibangunnya pada tahun 1992 dengan nama Taman Indera (Taman Lima Indera).
2. Periode Penjajahan Jepang dan Revolusi (1942-1949)
Pemerintah Jepang tidak mengawasi penyelenggaraan pendidikan pra sekolah secara formal, dan tidak menuntut persyaratan tertentu dalam hal kurikulumnya.
3. Periode Pemerintah Orde Lama (1950-1968)
Ada beberapa hal lain yang perlu dicatat berkenaan dengan perkembangan pendidikan prasekolah pada masa ini.
- 1. Digunakan istilah Taman Kanak-Kanak (TK) untuk jadwal pendidikan prasekolah ini yang terus dipakai hingga sekarang.
- 2. Didirikannya Gabungan Organisasi Penyelenggara Taman Kanak-Kanak Indonesia (GOPTKI) pada bulan April 1957.
- 3. Meskipun dalam jumlah yang masih sangat terbatas, kesempatan pengembangan staf mulai diperluas.
- 1) Menuntut semua anak untuk mengikuti serangkaian nyanyian, baris berbaris, dan kegiatan-kegiatan mendengarkan kisah dalam suatu pertunjukan.
- 2) Menekankan aktivitas-aktivitas seni yang menuntut anak untuk untuk memalsukan gambar-gambar yang dibentuk guru atau mewarnai gambar-gambar dan bukannya anak diberi kesempatan mengekspresikan ide-idenya sendiri melalui gambar, dan
- 3) Memperlakukan semua anak semua anak sebagai kelompok dan bukannya menyesuaikan pengajaran dengan aksara anak secara individual
- 1) Isi kurikulum yang dipakai harus sesuai dengna Rencana Pendidikan Prasekolah
- 2) Harus berlangsung secara reguler untuk sekurang-kurangnya satu Memiliki sekurang-kurangnya satu tahun dan terintegrasi dibagian pengawasan kantor Depdikbud Kabupaten/Kotamadya
- 3) Memiliki sekurang-kurangnya 30 murid
- 4) Memiliki guru reguler yang ditugasi dengan penuh tanggung jawab
- 5) Organisasi yang mensponsori penyelenggaraan pendidikan prasekolah harus mempunyai akte notaris sebagai organisasi non-profit
- 6) Kelas harus dilengkapi dengan kursi-kursi dan meja-meja yang gampang dipindah-pindah (bukan bangku-bangku untuk sekolah) dengan ukuran yang cocok untuk anak
- 7) Harus mempunyai perlengkapan dan peralatan minimum yang sempurna
- 8) Memiliki lapangan bermain dengan sekurang-kurangnya dilengkapi dengan perlengkapan minimum
- 9) Memiliki suatu kawasan untuk mencuci lengkap dengan air, sabun dan handuknya sehingga anak sanggup mencuci tangan
- 10) Menyediakan kemudahan toilet yang cocok untuk anak.
Secara umum, kurikulum 1 1976 ini mempunyai ciri-ciri sebagai berikut :
- 1) Menganut lima prinsip pendidikan-fleksibilitas program, efisiensi dan efektivitas, berorientasi pada tujuan, kontinuitas, dan pendidikan seumur hidup
- 2) Mengenal banyak sekali tingkat tujuan-tujuan institusional, tujuan kurikuler, dan tujuan intruksional
- 3) Struktur jadwal terdiri atas delapan bidang pengembangan PMP, kegiatan bermain bebas, pendidikan bahasa PLH, ungkapan kreatif, pendidikan olahraga, pendidikan dan pemeliharaan kesehatan, dan pendidikan skolastik
- 4) Metode pembelajaran yang dipakai yaitu metode unit yang dikembangkan melalui pusat-pusat minat
- 5) Evaluasi dilakukan terhadap seluruh kepribadian anak melalui observasi dan pengukuran yang kontinu dan sistematis untuk keperluan peningkatan proses dan hasil pengembangan, pengembangan jadwal serta pelaporan proses dan hasil pengembangan.
D. Permasalahan Pendidikan Prasekolah di Indonesia
Berkenaan dengan jadwal pendidikan prasekolah, khususnya TK, dengan menelaah banyak sekali sumber M. Solehudin (1999) merangkum banyak sekali persoalannya sebagai berikut. Pertama, secara kuantitas forum pendidikan TK, apalagi forum pendidikan prasekolah yang lain, yang ada cukup umur ini masih tergolong minim bila dibanding dengan banyaknya anak usia prasekolah yang ada.
Kedua, sebagian besar tenaga pendidikan prasekolah atau khususnya Taman Kanak-kanak masih perlu ditingkatkan kualifikasinya.
Ketiga, seiring dengan masih rendahnya kualifikasi ketenagaan guru Taman Kanak-kanak di atas, penghargaan masyarakat terhadap guru Taman Kanak-kanak sebagai suatu profesi belum tampak.
Keempat, kecuali beberapa forum pendidikan prasekolah tertentu yang jumlahnya sangat terbatas.
Kelima, masih terjadinya praktek-praktek pendidikan prasekolah yang dianggap kurang sempurna sehingga menimbulkan banyak kritik, fungsi Taman Kanak-kanak pun lebih mengutamakan penyiapan anak untuk memasuki SD daripada pengembangan kepribadian secara utuh.
Istilah anak usia dini (early childhood) yaitu anak yang berkisar antara usia 0-8 tahun.Sesuai dengan topik bahasan, anak yang dimaksud di sini yaitu anak usia prasekolah. Secara kronologis, mereka yaitu yang berusia yang di bawah enam tahun.
Pandangan Beberapa Ahli Tentang Anak
1. Pandangan Pestalozzi
Nama lengkapnya yaitu Johann Heinrich Pestalozzi. La yaitu spesialis pendidikan Swiss yang hidup pada tahun 1747-1827. la memperlihatkan efek cukup besar terhadap dunia pendidikan anak alasannya yaitu pembaharuan-pembaharuan yang dilakukannya dalam praktek pendidikan pada ketika itu. Pada sekitar pertengahan era 18, pandangan terhadap anak di dunia barat masih didominasi oleh efek faham gereja. Pada ketika itu anak dipandang secara negatif, yakni berpembawaan jahat dan membawa dosa asal manusia. Untuk membebaskan anak dari dosa bawaan tersebut, anak perlu berguru membaca kitab Alkitab dengan disertai disiplin yang ketat (Roopnarine, J.L. & Johnson, J.E. 1993).
2. Pandangan Froebel
Friendrich Froebel (1782-1852) yaitu salah satu tokoh pendidikan anak usia dini Eropa (Jerman) yang sangat berpengaruh. Pandangannya wacana anak atau insan banyak dipengaruhi oleh Pestalozzi dan para Filosuf Yunani pada ketika itu la sangat dipengaruhi oleh faham transcendentalism yang memandang adanya sifat ketuhanan pada diri manusia. Menurutnya, baik insan dan alam merefleksikan suatu unitas dengan Tuhan. Ini dikenal dengan prinsip unitas (the principle of unity) dalam pandangan Froebel.
3. Pandangan Montessori
Maria Montessori (1870-1952) dikenal sebagai tokoh penemuan pendidikan Eropa era 20. la yaitu seorang dokter yang sangat peduli terhadap anak. Bagi Montessori anak bukan sekedar suatu sekedar suatu fase kehidupan yang dilalui oleh seseorang untuk mencapai kedewasaan.
Montessori menggeneralisasikan beberapa aturan yang mengatur proses perkembangan psikis anak Hukum-hukum yang diinaksud yaitu :
- 1) Hukum kerja
- 2) Hukum kebebasan
- 3) Hukum kekuatan atensi
- 4) Hukum kemauan
- 5) Hukum perkembangan intelligensi
- 6) Hukum perkembangan imajinasi dan kreativitas
- 7) Hukum perkembangan kehidupan emosional dan spiritual.
Ki Hajar Dewantara (1889-1959) tentunya bukan merupakan nama yang asing. La yaitu tokoh dan sekaligus sebagai "Bapak Pendidikan Nasional”. Beliau juga yaitu sosok pendidikan yang berwawasan Nasional.
Dewantara mengemukakan 6 cara pokok yang penerapannya perlu diadaptasi dengan kondisi yang ada, khususnya dengan usia anak didik. Alat-alat pendidikan yang dimaksud adalah:
- 1) Pemberian contoh;
- 2) Pembiasaan
- 3) Pengajaran
- 4) Perintah, plaksanaan, dan eksekusi
- 5) Laku atau disiplin diri sendiri
- 6) Pengalaman lahir dan bathin (melakukan langsung).
5. Pandangan Konstruktivis
Faham konstruktivis dimotori oleh Jean Piaget (1896-1980) dan Lev Vygotsky (1896-1934). Masing-masing yaitu pakar psikologi perkembangan dari Swiss dan Uni Soviet.
Karakteristik Perkembangan Anak Usia Prasekolah
Anak usia prasekolah yaitu individu yang sedang menjalani suatu proses pertumbuhan dan perkembangan sangat pesat dan sangat mendasar bagi proses perkembangan selanjutnya.
1. Perkembangan Anak Usia 0-2 Tahun
Pada masa bayi (0 hingga dengan 1,5 atau 2 tahun), secara umur anak mengalami perubahan yang jauh lebih pesat bila dibanding dengan yang akan dialami pada fase-fase berikutnya.
2. Perkembangan Anak Usia 2-3 Tahun
Anak pada usia ini sudah tahu bagimana bentuk ujiannya mulai bahagia memanjat dan menaiki sesuatu, membuka pintu, serta mencoba berdiri di atas satu kaki dan berloncat. la bahagia mencoba sesesuatu sehingga memerlukan ruangan yang cukup luas untuk itu. Pendeknya, dengan penguasaan keterampilan-keterampilan dasar yang diperoleh pada masa bayi. anak seusia ini.
3. Perkembangan Anak Usia 3-4 Tahun
Ia mengalami peningkatan yang cukup berarti baik dalam perkembangan prilaku motorik, sosial, berfikir fantasi, maupun dalam kemampuan mengatasi frustrasi.
4. Perkembangan Anak Usia 4-5 tahun
Rasa ingin tahu dan perilaku antusias yang kuat terhadap segala sesuatu merupakan ciri yang menonjol pada anak usia sekitar 4-5 tahun la mempunyai perilaku berpetualang (adventurousness) yang begitu kuat.
Cara Belajar Anak Secara Bermakna
Bermain yaitu dunia anak dan sekaligus sebagai sarana berguru anak. Memberikan kesempatan kepada anak untuk bermain berarti dengan sendirinya memperlihatkan kesempatan kepada anak untuk belajar. Memberi kesempatan kepada anak untuk berguru dengan cara-cara yang bersifat bermain berarti telah berusaha menciptakan pengalaman berguru itu dirasakan dan dipersepsi secara alami oleh anak yang bersangkutan sehingga menjadi bermakna baginya.
Bredekamp dan Rosegrant (1991/92) alhasil menyimpulkan bahwa anak akan berguru dengan baik dan bermakna bila:
- 1) Anak merasa kondusif secara psikologis serta kebutuhan-kebutuhan fisiknya terpenuhi
- 2) Anak mengkonstruksi pengetahuan
- 3) Anak berguru melalui interaksi sosial dengan orang cukup umur dan bawah umur lainnya
- 4) Anak berguru melalui bermain
- 5) Minat dan kebutuhan anak untuk mengetahui terpenuhi; dan
- 6) Unsur variasi individual anak diperhatikan.
Singkatnya anak usia prasekolah yaitu sosok individual yang sedang menjalani suatu proses perkembangan dengan sangat pesat dan sangat mendasar bagi kehidupan selanjutya. la mempunyai dunia dan karakteristik tersendiri yang jauh berbeda dari dunia lain dan karakteristik orang dewasa. Ia sangat aktif, dinamis, antusias dan hampir selalu ingin tahu terhadap apa yang dilihatnya dan didengarnya, serta seakan-akan tidak pernah berhenti belajar.
Akhirnya, hal lain yang perlu difahami dan disadari yaitu bahwa perkembangan anak itu bersifat terpadu. Aspek-aspek perkembangan itu tidak berkembang secara sendiri-sendiri, melainkan saling berinterelasi dan saling terjalin satu sama lain. Kalaupun dalam tulisan-tulisan sering dijelaskan secara peraspek perkembangan, namun perkembangan itu bersifat integratif yang tidak bisa dipisah-pisah satu sama lain.
DAFTAR PUSTAKA
Drs. Solehudin M, M.Pd. Konsep Dasar Pendidikan Prasekolah. Kurikulum Ilmu Pendidikan Pra Sekolah. Fakultas Ilmu Pendidikan Universias Pendidikan Indonesia. Bandung : 2000.