Biografi Dan Cerita Sejarah Usaha Nabi Ibrahim As


Judul : Biografi Dan Cerita Sejarah Usaha Nabi Ibrahim As
link : Biografi Dan Cerita Sejarah Usaha Nabi Ibrahim As


Biografi Dan Cerita Sejarah Usaha Nabi Ibrahim As

Nabi Ibrahim, alasannya yakni selain termasuk nenek moyang Nabi Ibrahim pun panutan dan tuntunan kita dalam semangat berjihad menegakkan Dinul Islam.

Bila diurut silsilah Nabi Ibrahim ada sambungan darah eksklusif ke Nabi Nuh AS. Nabi Ibrahim merupakan putra Azar bin Tahur bin Saruj bin Rau’ bin Falij bin Abir bin Syalih bin Arfaksyad bin Saam Bin Nuh AS. Nabi Ibrahim terlahir di negara Babilonia tepatnya di Fadam A’ram yang ketika itu dirajai oleh seorang raja yang populer Namrud bin Kan’an.

Kerajaan Babilon yang dipimpin Namrud pada waktu itu tergolong negara yang subur makmur, rakyatnya dicekoki kecukupan hidup dalam keduniaan akan tetapi sayang kebutuhan rohaninya sangatlah gersang, hidup dalam kejahiliahan, hingga sampai rakyat kerajaan tersebut tidak dikenalkan dengan Maha Pencipta. Ibadah mereka dengan cara membuat sesembahan sendiri yang terbuat dari kerikil atau kayu yang dibentuk oleh mereka sendiri.

Raja Namrud bin Kan’an sangat haus akan kekuasaan. Dia bersikap sewenang-wenang dalam tetapkan kebijakannya, dan dia juga sangat ingin dirinya dianggap sebagai Tuhan. Namrud bersikap baik terhadap rakyat yang mengagungkannya dan sebaliknya Dia sanggup membunuh orang yang membangkang kepada dirinya.

Pada waktu berkuasanya Namrud atas kerajaan Babilonia dan kondisi masyarakatnya yang jahiliah, diutuslah Nabi Ibrahim oleh Allah SWT yang terlahir dari seorang pemahat patung pembuat Tuhan. Nabi Ibrahim merupakan Rasulullah untuk masyarakatnya dengan misi meluruskan keyakinan dan aqidah kepada jalan yang benar, menyembah Allah SWT Maha Pencipta Tuhan alam semesta.

Sebagai seorang anak dari bapak pembuat patung sembahan, diwaktu kecilnya Nabi Ibrahim telah memberontak dalam hatinya akan ketidakbenaran keyakinan menyembah sesuatu selain Allah SWT. Ketika disuruh mendagangkan barang milik bapaknya Ibrahim memperlihatkan dengan cara seolah mengejek pembelinya: Siapa yang mau membeli barang tidak mempunyai kegunaan ini?

Nabi Ibrahim dan Pencarian Keteguhan Imannya

Sebelum terjun berdakwah Nabi Ibrahim AS memantapkan keimanannya dalam meneguhkan aqidahnya untuk menentramkan dan menghilangkan keragu-raguannya dalam hatinyan memohon kepada Allah SWT supaya ditunjukkan bukti kasatmata bagaimana Allah SWT menghidupkan dan mematikan makhluk-Nya. Nabi Ibrahim berseru: Ya.. Tuhanku! Mohon perlihatkan kepadaku bagaimana Engkau menghidupkan yang telah mati!!. Terjadilah obrolan Allah menjawab seruannya dengan berfirman:Tidakkah engkau beriman dan percaya kepada kekuasaan-Ku? "Nabi Ibrahim menjawab:" Betul, wahai Tuhanku, saya telah beriman dan percaya kepada-Mu dan kepada kekuasaan-Mu, namun saya ingin sekali melihat itu dengan mata kepala ku sendiri, supaya saya menerima ketenteraman dan ketenangan dan hatiku dan supaya makin menjadi tebal dan kukuh keyakinanku kepada-Mu dan kepada kekuasaan-Mu."

Allah memperkenankan permohonan Nabi Ibrahim kemudian diperintahkanlah ia menangkap empat ekor burung kemudian sehabis memperhatikan dan meneliti bahagian tubuh-tubuh burung itu, memotongnya menjadi berkeping-keping mencampur-baurkan kemudian badan burung yang sudak hancur-luluh dan bercampur-baur itu diletakkan di atas puncak setiap bukit dari empat bukit yang letaknya berjauhan satu dari yang lain.
Setelah dikerjakan apa yang telah diisyaratkan oleh Allah itu, diperintahnyalah Nabi Ibrahim memanggil burung-burung yang sudah terkoyak-koyak tubuhnya dan terpisah jauh tiap-tiap bahagian badan burung dari bahagian yang lain.

Dengan izin Allah dan kuasa-Nya datanglah berterbangan enpat ekor burung itu dalam keadaan utuh bernyawa ibarat sedia kala begitu mendengar seruan dan panggilan Nabi Ibrahim kepadanya kemudian hinggaplah empat burung yang hidup kembali itu di depannya, dilihat dengan mata kepalanya sendiri bagaimana Allah Yang Maha Berkuasa sanggup menghidupkan kembali makhluk-Nya yang sudah mati sebagaimana Dia menciptakannya dari sesuatu yang tidak ada. Dan dengan demikian tercapailah apa yang diinginkan oleh Nabi Ibrahim untuk mententeramkan hatinya dan menghilangkan kemungkinan ada keraguan di dalam dogma dan keyakinannya, bahwa kekuasaan dan kehendak Allah tidak ada sesuatu pun di langit atau di bumi yang dpt menghalangi atau menentangnya dan hanya kata "Kun" yang difirmankan Oleh-Nya maka terjadilah akan apa yang dikenhendaki " Fayakun".

Nabi Ibrahim Memulai Dakwah Kepada Ayahnya

Azar yakni ayah Nabi Ibrahim AS, ayahnya ini ibarat disebutkan di atas sebagaimana kaumnya yang lain penyembah berhala bahkan lebih dari iatu ia yakni pedagang dari patung-patung yang dibentuk dan dipahatnya sendiri. Dari ayahnya inilah orang-orang membeli patung-patung sesembahannya itu.
Setelah Allah memperlihatkan kepada Nabi Ibrahim bukti kemahakuasaan Allah, dia merasa bahwa kewajiban pertama yang harus dilakukan sebelum berdakwah kepada orang lain ialah menyadarkan ayah kandungnya terlebih dahulu dan kemudian orang yang terdekat kepadanya bahwa kepercayaan dan persembahannya kepada berhala-berhala itu yakni perbuatan yang sesat dan bodoh. Beliau mencicipi bahawa kebaktian kepada ayahnya mewajibkannya memberi penerangan kepadanya supaya melepaskan kepercayaan yang sesat itu dan mengikutinya beriman kepada Allah Yang Maha Kuasa.

Pendekatan berdakwah dengan perilaku yang sopan dan etika yang patut ditunjukkan oleh seorang anak terhadap orang tuanya dan dengan kata-kata yang halus ia tiba kepada ayahnya memberikan bahwa ia diutuskan oleh Allah sebagai nabi dan rasul dan bahawa ia telah diilhamkan dengan pengetahuan dan ilmu yang tidak dimiliki oleh ayahnya. Ia bertanya kepada ayahnya dengan lemah lembut gerangan apakah yang mendorongnya untuk menyembah berhala ibarat lain-lain kaumnya padahal ia mengetahui bahwa berhala-berhala itu tidak mempunyai kegunaan sedikit pun tidak sanggup mendatangkan laba bagi penyembahnya atau mencegah kerugian atau musibah. Diterangkan pula kepada ayahnya bahwa penyembahan kepada berhala-berhala itu yakni semata-mata pedoman syaitan yang memang menjadi musuh insan semenjak Adam diturunkan ke bumi lagi. Ia berseru kepada ayahnya supaya merenungkan dan memikirkan nasihat dan ajakannya berpaling dari berhala-berhala dan kembali menyembah kepada Allah yang membuat insan dan semua makhluk yang dihidupkan memberi merek rezeki dan kenikmatan hidup serta menguasakan bumi dengan segala isinya kepada manusia.

Tetapi, yang terjadi ayahnya itu (Aazar) menjadi marah, mukanya merah dan melotot matanya mendengar kata-kata seruan puteranya Nabi Ibrahim yang ditanggapinya sebagai dosa dan hal yang kurang patut dianggapnya puteranya itu telah berani mengecam dan menghina kepercayaan ayahnya bahkan mengajakkannya untuk meninggalkan kepercayaan itu dan menganut kepercayaan dan agama yang ia bawa. Ia tidak menyembunyikan kemarahannya, tetapi dinyatakannya dalam kata-kata yang berangasan dan dalam maki seperti tidak ada relasi diantara mereka. IA berkata kepada Nabi Ibrahim dengan nada gusar: " Hai Ibrahim! Berpalingkah engkau dari kepercayaan dan persembahanku ? Dan kepercayaan apakah yang engkau berikan kepadaku yang menganjurkan supaya saya mengikutinya? Janganlah engkau membangkitkan amarahku dan cuba mendurhakaiku.Jika engkau tidak menghentikan penyelewenganmu dari agama ayahmu tidak engkau hentikan usahamu mengecam dan memburuk-burukkan persembahanku, maka keluarlah engkau dari rumahku ini. Aku tidak sudi bercampur denganmu didalam suatu rumah di bawah suatu atap. Pergilah engkau dari mukaku sebelum saya menimpamu dengan kerikil dan mencelakakan engkau."

Nabi Ibrahim mendapatkan kemarahan ayahnya, pengusirannya dan kata-kata kasarnya dengan perilaku tenang, normal selaku anak terhadap ayah seray berkaat: " Oh ayahku! Semoga engkau selamat, saya akan tetap memohonkan ampun bagimu dari Allah dan akan tinggalkan kau dengan persembahan selain kepada Allah. Mudah-mudahan saya tidak menjadi orang yang celaka dan malang dengan doaku utkmu." Lalu keluarlah Nabi Ibrahim meninggalkan rumah ayahnya dalam keadaan duka dan prihati alasannya yakni tidak berhasil mengangkatkan ayahnya dari lembah syirik dan kufur.

Nabi Ibrahim Berdakwah kepada Masyarakat ;Menghancurkan Berhala-berhala

Kegagalan Nabi Ibrahim dalam usahanya menyedarkan ayahnya yang tersesat itu sangat menusuk hatinya alasannya yakni ia sebagai putera yang baik ingin sekali melihat ayahnya berada dalam jalan yang benar terangkat dari lembah kesesatan dan syirik namun ia sedar bahwa hidayah itu yakni di tangan Allah dan bagaimana pun ia ingin dengan sepenuh hatinya supaya ayahnya mendpt hidayah, bila belum dikehendaki oleh Allah maka sia-sialah keinginan dan usahanya.
Penolakan ayahnya terhadap dakwahnya dengan cara yang berangasan dan kejam itu tidak sedikit pun mensugesti ketetapan hatinya dan melemahkan semangatnya untuk berjalan terus memberi penerangan kepada kaumnya untuk menyapu higienis persembahan-persembahan yang bathil dan kepercayaan-kepercayaan yang bertentangan dengan tauhid dan dogma kepada Allah dan Rasul-Nya

Nabi Ibrahim tidak henti-henti dalam setiap kesempatan mengajak kaumnya berdialog dan bermujadalah wacana kepercayaan yang mereka anut dan pedoman yang ia bawa. Dan ternyata bahwa bila mereka sudah tidak berdaya menilak dan menyanggah alasan-alasan dan dalil-dalil yang dikemukakan oleh Nabi Ibrahim wacana kebenaran ajarannya dan kebathilan kepercayaan mereka maka dalil dan alasan yang usanglah yang mereka kemukakan iaitu bahwa mereka hanya meneruskan apa yang oleh bapa-bapa dan nenek moyang mereka dilakukan dan sesekali mereka tidak akan melepaskan kepercayaan dan agama yang telah mereka warisi.

Nabi Ibrahim pada karenanya merasa tidak bermanfaat lagi berdebat dan bermujadalah dengan kaumnya yang berkepala kerikil dan yang tidak mahu mendapatkan keterangan dan bukti-bukti kasatmata yang dikemukakan oleh dia dan selalu berpegang pada satu-satunya alasan bahwa mereka tidak akan menyimpang dari cara persembahan nenek moyang mereka, walaupun oleh Nabi Ibrahim dinyatakan berkali-kali bahwa mereka dan bapa-bapa mereka keliru dan tersesat mengikuti jejak syaitan dan iblis.
Nabi Ibrahim kemudian merancang akan membuktikan kepada kaumnya dengan perbuatan yang kasatmata yang sanggup mereka lihat dengan mata kepala mereka sendiri bahwa berhala-berhala dan patung-patung mereka betul-betul tidak mempunyai kegunaan bagi mereka dan bahkan tidak sanggup menyelamatkan dirinya sendiri.

Adalah sudah menjadi tradisi dan kebiasaan penduduk kerajaan Babylon bahwa setiap tahun mereka keluar kota beramai-ramai pada suatu hari raya yang mereka anggap sebagai keramat. Berhari-hari mereka tinggal di luar kota di suatu padang terbuka, berkhemah dengan membawa bekalan makanan dan minuman yang cukup. Mereka bersuka ria dan bersenang-senang sambil meninggalkan kota-kota mereka kosong dan sunyi. Mereka berseru dan mengajak semua penduduk supaya keluar meninggalkan rumah dan turut beramai -ramai menghormati hari-hari suci itu. Nabi Ibrahim yang juga turut diajak turut serta berlagak berpura-pura sakit dan diizinkanlah ia tinggal di rumah apalagi mereka merasa khuatir bahwa penyakit Nabi Ibrahim yang dibuat-buat itu akan menular dan menjalar di kalangan mereka bila ia turut serta.

" Inilah dia kesempatan yang ku nantikan," kata hati Nabi Ibrahim tatkala melihat kota sudah kosong dari penduduknya, sunyi senyap tidak terdengar kecuali bunyi burung-burung yang berkicau, bunyi daun-daun pohon yang gemerisik ditiup angin kencang. Dengan membawa sebuah kapak ditangannya ia pergi menuju daerah beribadatan kaumnya yang sudah ditinggalkan tanpa penjaga, tanpa juru kunci dan hanya formasi patung-patung yang terlihat diserambi daerah peribadatan itu. Sambil menunjuk kepada semahan bunga-bunga dan makanan yang berada di setiap kaki patung berkata Nabi Ibrahim, mengejek:" Mengapa kau tidak makan makanan yang lazat yang disaljikan bagi kau ini? Jawablah saya dan berkata-katalah kamu."
Kemudian disepak, ditamparlah patung-patung itu dan dihancurkannya berpotong-potong dengan kapak yang berada di tangannya. Patung yang besar ditinggalkannya utuh, tidak diganggu yang pada lehernya dikalungkanlah kapak Nabi Ibrahim itu.

Terperanjat dan terkejutlah para penduduk, tatkala pulang dari berpesta ria di luar kota dan melihat keadaan patung-patung, tuhan-tuhan mereka hancur awut-awutan dan menjadi potongan-potongan terserak-serak di atas lantai. Bertanyalah satu kepada yang lain dengan nada heran dan takjub: "Gerangan siapakah yang telah berani melaksanakan perbuatan yang jahat dan keji ini terhadap tuhan-tuhan persembahan mereka ini?" Berkata salah seorang diantara mereka:" Ada kemungkinan bahwa orang yang selalu mengolok-olok dan mengejek persembahan kami yang berjulukan Ibrahim itulah yang melaksanakan perbuatan yang berani ini." Seorang yang lain menambah keterangan dengan berkata:" Bahkan dialah yang niscaya berbuat, alasannya yakni ia yakni satu-satunya orang yang tinggal di kota sewaktu kami semua berada di luar merayakan hari suci dan keramat itu." Selidik punya selidik, karenanya terdpt kepastian yyang tidak diragukan lagi bahwa Ibrahimlah yang merusakkan dan memusnahkan patung-patung itu. Rakyat kota beramai-ramai membicarakan insiden yang dianggap suatu insiden atau penghinaan yang tidak dpt diampuni terhadap kepercayaan dan persembahan mereka. Suara marah, jengkel dan kutukan terdengar dari segala penjuru, yang menuntut supaya si pelaku diminta bertanggungjawab dalam suatu pengadilan terbuka, di mana seluruh rakyat penduduk kota sanggup turut serta menyaksikannya.

Dan memang itulah yang dibutuhkan oleh Nabi Ibrahim supaya pengadilannya dilakukan secara terbuka di mana semua warga masyarakat sanggup turut menyaksikannya. Karena dengan cara demikian dia sanggup secara terselubung berdakwah menyerang kepercayaan mereka yang bathil dan sesat itu, seraya menerangkan kebenaran agama dan kepercayaan yang ia bawa, kalau diantara yang hadir ada yang masih boleh dibutuhkan terbuka hatinya bagi dogma dari tauhid yang ia ajarkan dan dakwahkan.
Hari pengadilan ditentukan dan tiba rakyat dari segala pelosok berduyung-duyung mengujungi padang terbuka yang disediakan bagi sidang pengadilan itu.

Ketika Nabi Ibrahim tiba menghadap para hakim yang akan mengadili ia disambut oleh para hadirin dengan teriakan kutukan dan cercaan, membuktikan sangat gusarnya para penyembah berhala terhadap dia yang telah berani menghancurkan persembahan mereka.
Ditanyalah Nabi Ibrahim oleh para hakim:" Apakah engkau yang melaksanakan penghancuran dan merusakkan tuhan-tuhan kami?" Dengan damai dan perilaku dingin, Nabi Ibrahim menjawab:" Patung besar yang berkalungkan kapak di lehernya itulah yang melakukannya. Cuba tanya saja kepada patung-patung itu siapakah yang menghancurkannya." Para hakim penanya melamun sejenak seraya melihat yang satu kepada yang lain dan berbisik-bisik, seperti Ibrahim yang mengandungi ajukan itu. Kemudian berkata si hakim:" Engkaukan tahu bahwa patung-patung itu tidak sanggup bercakap dan berkata mengapa engkau minta kami bertanya kepadanya?" Tibalah masanya yang memang ditunggu oleh Nabi Ibrahim,maka sebagai jawapan atas pertanyaan yang terakhir itu dia berpidato membentangkan kebathilan persembahan mereka,yang mereka pertahankan mati-matian, semata-mata hanya alasannya yakni adat itu yakni warisan nenek-moyang. Berkata Nabi Ibrahim kepada para hakim itu:" Jika demikian halnya, mengapa kau sembah patung-patung itu, yang tidak sanggup berkata, tidak sanggup melihat dan tidak sanggup mendengar, tidak sanggup membawa manfaat atau menolak mudharat, bahkan tidak sanggup menolong dirinya dari kehancuran dan kebinasaan? Alangkah bodohnya kau dengan kepercayaan dan persembahan kau itu! Tidakkah sanggup kau berfikir dengan nalar yang sihat bahwa persembahan kau yakni perbuatan yang keliru yang hanya difahami oleh syaitan. Mengapa kau tidak menyembah Tuhan yang membuat kamu, membuat alam sekeliling kau dan menguasakan kau di atas bumi dengan segala isi dan kekayaan. Alangkah hina dinanya kau dengan persembahan kau itu."

Setelah selesai Nabi Ibrahim menguraikan pidatonya, para hakim mencetuskan keputusan bahawa Nabi Ibrahim harus dibakar hidup-hidup sebagai ganjaran atas perbuatannya menghina dan menghancurkan tuhan-tuhan mereka, maka berserulah para hakim kepada rakyat yang hadir menyaksikan pengadilan itu:" Bakarlah ia dan belalah tuhan-tuhanmu , kalau kau benar-benar setia kepadanya."

Nabi Ibrahim AS Vs Penguasa; Nabi Ibrahim AS Dibakar Hidup-hidup

Keputusan mahkamah telah dijatuhakan.Nabi Ibrahim harus dieksekusi dengan mengkremasi hidup-hidup dalam api yang besar sebesar dosa yang telah dilakukan. Persiapan bagi upacara pembakaran yang akan disaksikan oleh seluruh rakyat sedang diaturkan. Tanah lapang bagi daerah pembakaran disediakan dan diadakan pengumpulan kayu bakar dengan banyaknya dimana tiap penduduk secara gotong-royong harus mengambil bahagian membawa kayu bakar sebanyak yang ia sanggup sebagai tanda bakti kepada tuhan-tuhan persembahan mereka yang telah dihancurkan oleh Nabi Ibrahim.

Berduyun-duyunlah para penduduk dari segala penjuru kota membawa kayu bakar sebagai pemberian dan tanda bakti kepada ilahi mereka. Di antara terdapat para perempuan yang hamil dan orang yang sakit yang membawa pemberian kayu bakarnya dengan impian memperolehi barakah dari tuhan-tuhan mereka dengan menyembuhkan penyakit mereka atau melindungi yang hamil di kala ia bersalin.
Setelah terkumpul kayu bakar di lanpangan yang disediakan untuk upacara pembakaran dan tertumpuk serta tersusun laksan sebuah bukit, berduyun-duyunlah orang tiba untuk menyaksikan pelaksanaan sanksi atas diri Nabi Ibrahim. Kayu kemudian dibakar dan terbentuklah gunung berapi yang dahsyat yang sedang berterbangan di atasnya berjatuhan terbakar oleh panasnya uap yang ditimbulkan oleh api yang menggunung itu. Kemudian dalam keadaan terbelenggu, Nabi Ibrahim didtgkan dan dari atas sebuah gedung yang tinggi dilemparkanlah ia kedalam tumpukan kayu yang menyala-nyala itu dengan iringan firman Allah:" Hai api, menjadilah engkau masbodoh dan keselamatan bagi Ibrahim."

Sejak keputusan sanksi dijatuhkan hingga ketika ia dilemparkan ke dalam bukit api yang menyala-nyala itu, Nabi Ibrahim tetap memperlihatkan perilaku damai dan tawakkal alasannya yakni dogma dan keyakinannya bahwa Allah tidak akan rela melepaskan hamba pesuruhnya menjadi makanan api dan kurban keganasan orang-orang kafir musuh Allah. Dan memang demikianlah apa yang terjadi tatkala ia berada dalam perut bukit api yang dahsyat itu ia merasa masbodoh sesuai dengan seruan Allah Pelindungnya dan hanya tali temali dan rantai yang mengikat tangan dan kakinya yang terbakar hangus, sedang badan dan pakaian yang terlekat pada tubuhnya tetap utuh, tidak sedikit pun tersentuh oleh api, hal mana merupakan suatu mukjizat yang diberikan oleh Allah kepada hamba pilihannya, Nabi Ibrahim, supaya sanggup melanjutkan penyampaian risalah yang ditugaskan kepadanya kepada hamba-hamba Allah yang tersesat itu.

Para penonton upacara pembakaran heran tercenggang tatkala melihat Nabi Ibrahim keluar dari bukit api yang sudah padam dan menjadi bubuk itu dalam keadaan selamat, utuh dengan pakaiannya yang tetap berda ibarat biasa, tidak ada gejala sentuhan api sedikitpun. Mereka bersurai meninggalkan lapangan dalam keadaan heran seraya bertanya-tanya pada diri sendiri dan di antara satu sama lain bagaimana hal yang asing itu berlaku, padahal berdasarkan anggapan mereka dosa Nabi Ibrahim sudah kasatmata mendurhakai tuhan-tuhan yang mereka puja dan sembah. Ada sebahagian daripada mereka yang dalam hati kecilnya mulai meragui kebenaran agama mereka namun tidak berani melahirkan rasa ragu-ragunya itu kepada orang lain, sedang para pemuka dan para pemimpin mereka merasa kecewa dan malu, alasannya yakni sanksi yang mereka jatuhkan ke atas diri Nabi Ibrahim dan kesibukan rakyat mengumpulkan kayu bakar selama berminggu-minggu telah berakhir dengan kegagalan, sehingga mereka merasa aib kepada Nabi Ibrahim dan para pengikutnya.

Mukjizat yang diberikan oleh Allah SWT kepada Nabi Ibrahim sebagai bukti kasatmata akan kebenaran dakwahnya, telah menjadikan kegoncangan dalam kepercayaan sebahagian penduduk terhadap persembahan dan patung-patung mereka dan membuka mata hati banyak daripada mereka untuk memikirkan kembali seruan Nabi Ibrahim dan dakwahnya, bahkan tidak kurang daripada mereka yang ingin menyatakan imannya kepada Nabi Ibrahim, namun khuatir akan menerima kesukaran dalam penghidupannya jawaban kemarahan dan balas dendam para pemuka dan para pembesarnya yang mungkin akan menjadi hilang nalar bila mencicipi bahwa pengaruhnya telah bealih ke pihak Nabi Ibrahim.

Demikian Biografi dan Kisah Sejarah Perjuangan Nabi Ibrahim AS yang patut kita teladani bersama, bagaimana usaha dan pengorbanannya dalam berdakwah.