Pengertian Dan Macam-Macam Dzikir | Dzikrulloh


Judul : Pengertian Dan Macam-Macam Dzikir | Dzikrulloh
link : Pengertian Dan Macam-Macam Dzikir | Dzikrulloh


Pengertian Dan Macam-Macam Dzikir | Dzikrulloh

Asal kata "Dzikir" berasal dari bahasa Arab yaitu "Ad-Dzikru" yang berarti menyebut, menuturkan, mengingat, menjaga, mengerti perbuatan baik. Ucapan lisan, gerak raga, maupun getaran hati sesuai dengan cara-cara yang diajarkan agama dalam rangka mendekatkan diri kepada Allah Swt untuk menyingkirkan keadaan lupa dan lalai kepada Allah Swt dengan selalu ingat kepada-Nya, keluar dari suasana lupa, masuk ke dalam suasana musyahadan (saling menyaksikan) dengan mata hati, akhir di dorong rasa cinta yang mendalam kepada Allah Swt.

Sedangkan dzikir menurut terminologi berarti mengingat Allah Swt dengan maksud untuk taqarrub (mendekatkan) diri kepada-Nya.

Selain itu, dzikir pula sanggup diartikan menghadirkan kebesaran Allah Swt di dalam hati seorang hamba, dengan membaca kalimat-kalimat yang diriwayatkan didalamnya dan memohon untuk memperbanyaknya.

Al-Hafidz berkata dalam kitabnya yaitu Al-Fath, “Dimutlakkan dan dimaksudkan dengan dzikir itu ialah berkeinginan keras untuk mengerjakan apa yang diwajibkan Allah atau disunahkan-Nya.”

Oleh karenanya, dzikir merupakan suatu urusan yang sangat besar sekali penilaiannya berdasarkan pandangan Allah Swt. Sesuai dengan Firman-Nya dalam surat Al-Ankabut:45

Adapun macam-macam Dzikir Ibnu Ata, seorang sufi yang menulis Al-Hikam (kata-kata hikmah) membagi dzikir kepada tiga bagian, yaitu dzikir jali (dzikir jelas, nyata), dzikir khafi (dzikir yang samar-samar) dan dzikir haqiqi (dzikir yang sebenar-benarnya).

Dzikir Jali (dzikir jelas, nyata)
Dzikir jali ialah suatu perbuatan mengingat Allah Swt dalam bentuk ucapan verbal yang mengandung arti pujian, rasa syukur dan do’a kepada Allah Swt yang lebih menampakkan bunyi yang terperinci untuk menuntun gerak hati. Misalnya, membacakan tahlil (mengucapkan kalimat Laa ilaaha illa Allah = tiada Tuhan selain Allah), tasbih (mangucapkan kalimat subhaana Allah = Maha suci Allah), takbir (mengucapkan kalimat Allahu Akbar = Allah Maha Besar), membaca Al-Qur’an atau do’a lainnya. Mula-mula dzikir ini diucapkan lisan, mungkin tanpa disertai ingatan hati. Hal ini biasanya dilakukan oleh orang awam (orang kebanyakan). Tapi hal ini dimaksudkan untuk mendorong biar hatinya hadir menyertai ucapan-ucapan verbal itu.

Dzikir jali terbagi kepada dua bagian, yaitu:
Yang bersifat Muqayyad (terikat) dengan waktu, daerah atau amalan tertentu lainnya. Misalnya ucapan-ucapan dalam shalat, saat melaksanakan ibadah haji, do’a-do’a yang diucapkan saat akan makan, setelah makan, akan tidur, berdiri tidur, pergi keluar rumah, mulai bekerja, mulai belajar, melihat teman berbaj gres dan sebagainya. Banyak ayat Al-Qur’an yang isinya perintah dari Allah Swt biar insan senantiasa berdzikir kepada Allah Swt. Beberapa diantaranya adalah:

- Surat An-Nisa : 103
Maka apabila kau Telah menuntaskan shalat(mu), ingatlah Allah di waktu berdiri, di waktu duduk dan di waktu berbaring. Kemudian apabila kau Telah merasa aman, Maka Dirikanlah shalat itu (sebagaimana biasa). Sesungguhnya shalat itu ialah fardhu yang ditentukan waktunya atas orang-orang yang beriman.
- Surat Al-Ahzab : 34
Dan ingatlah apa yang dibacakan di rumahmu dari ayat-ayat Allah dan pesan tersirat (sunnah nabimu). Sesungguhnya Allah ialah Maha Lembut lagi Maha Mengetahui.
Yang bersifat Mutlak (tidak terikat dengan waktu atau tempat) misalnya, mengucapkan tahlil, tasbih, tahmid dan takbir dimana saja dan kapan saja.

Begitu juga berdasarkan Ar-Razi, “Yang di maksud dengan dzikir verbal ialah membaca kalimat-kalimat yang menawarkan pada bacaan tasbih,tahmid dan tamjid.”

Oleh lantaran itu, biar sanggup khusyuk dalam berdzikir secara verbal hendaknya kita mengarahkan hati kepada Zat yang Maha Kuasa dan menghayati makna kalimat tayyibah yang kita ucapkan.
Dzikir Khafi (dzikir yang samar-samar)

Dzikir Khafi ialah dzikir yang dilakukan secara khusyuk oleh ingatan hati, baik disertai dzikir lisan, ataupun tidak. Orang yang sudah bisa melaksanakan dzikir sepeti ini hatinya merasa senantiasa mempunyai hubungan dengan Allah Swt. Ia selalu mencicipi kehadiran Allah Swt kapan dan dimana saja.

Dzikir Khafi juga mempunyai arti yaitu mengingat Allah Swt dengan bertafaqur (berfikir) memiirkan ciptaan-Nya, baik yang ada di diri kita maupun yang ada di alam ini. Misalnya saat kita bernafas kita mengingat Allah, saat makan kita bersyukur kepada Allah, saat melihat pemandangan yang indah kita mengingat kekuasaan Allah. Hendaknya hati kita selalu mengingat Allah dalam segala situasi apapun, lantaran rahmat Allah Swt atas hamba-hambaNya tidak tenilai,Firman Allah Swt(Ar-Ra’du:28)
(yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka manjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, Hanya dengan mengingati Allah-lah hati menjadi tenteram.
Menurut Ar-razi, dzikir dengan hati ialah memikirkan bukti-bukti dzat dan sifat serta bukti-bukti taklif yang berupa perintah dan larangan sehingga beliau bisa mengetahui hukum-hukumNya dan mengetahui rahasia-rahasia makhluk-Nya.

Dzikir Haqiqi (dzikir yang sebenar-benarnya)
Dzikir Haqiqi merupakan tingkat dzikir yang paling tinggi yaitu dzikir yang dilakukan oleh seluruh jiwa raga, lahiriah dan batiniah,kapan dan dimana saja, dengan memperketat upaya untuk memelihara seluruh jiwa raga dari larangan Allah Swt dan mengerjakan apa yang diperintahkan-Nya. Selain itu tiada yang di ingat selain Allah Swt untuk mencapai tingkatan dzikir haqiqi ini perlu dijalani latihan-latihan mulai dari tingkatan dzikir jali dan Khafi.

Dzikir itu pada hakikatnya ialah dzikir verbal dan orang yang megucapkan dzikir itu akan di beri pahala. Dalam dzikir itu tidak disyaratkan konsentrasi penghayatan arti dzikir itu, tapi hanya disyaratkan, bahwa dzikir itu tidak dimaksudkan selain Allah. Jika orang yang berdzikir itu menggabungkan dzikir verbal dan dzikir hati, maka itulah dzikir yang paling sempurna. Dan jikalau kedua dzikir itu digabungkan dengan konsentrasi penghaatan makna dzikir tersebut bersama apa yang terkandung dalam dzikir itu ibarat pengagungan Allah Swt dan pengingkaran segala sifat kurang bagi Allah itu, maka nilai dzikirnya bertambah tepat lagi. Jika konsentrasi semua dzikir itu dalam setiap amal shaleh yang termasuk fardhu ibarat shalat, atau jihad atau selain keduanya, maka nilainya sangat tinggi. Lalu jikalau betul niatnya dan lapang dada lantaran Allah, maka dzikir itu paling tinggi lagi kesempurnaannya.

Menurut Fakhrur Razi, dzikir anggota tubuh ialah dengan cara mengakibatkan anggota tubuh itu asyik melaksanakan kepatuhan atau ibadah kepada Allah. Itulah sebabnya Allah Swt menamai shalat itu dengan dziir, sebagai mana Firman-Nya(Al-Jumu’ah:9)
Hai orang-orang beriman, apabila diseru untuk menunaikan shalat Jum'at, Maka bersegeralah kau kepada mengingat Allah dan tinggalkanlah jual beli. yang demikian itu lebih baik bagimu jikalau kau Mengetahui.
Sebagian ulama mahir ma’rifah (ulama tasawuf) menyampaikan bahwa dzikir itu ada 7 pecahan badan, yaitu:
1. Dzikir kedua mata dengan menangis sewaktu mengingat dan menyebut nama Allah.
2. Dzikir dua indera pendengaran dengan mendengarkan aliran Allah dengan penuh perhatian.
3. Dzikir pengecap dengan sanjungan dan pujian.
4. Dzikir dua tangan dengan suka memberi pertolongan.
5. Dzikir tubuh dengan kesetiaan dan pemenuhan kewajban.
6. Dzikir hati dengan takut kepada Allah, disertai harap kepada-Nya.
7. Dzikir ruh dengan penyerahan sepenuhnya dan Ridha kepada-Nya.

Sudah tertera dalam hadits sabda Rasulullah SAW yang membuktikan bahwa dzikir itu seutama-utamanya amal seluruhnya. Yaitu hadits yang diriwayatkan oleh At-Tirmidzi, Ibnu Majah dan dinilai shahih oleh Al-Hakim, dari Abu Darda’ yang di sambung sanadnya sampai Rasululah SAW, Beliau bersabda, yang artinya:

“Maukah kalian saya beritahukan kepadamu sebaik-baik amalmu, dan sesuci-sucinya di sisi Tuhan mu, yang paling meninggikan derajatmu dan lebih baik bagi kau darupada menjumpai musuhmu, kemudian kau memenggal leher mereka dan mereka memenggal lehrmu? Mereka menjawab, tentu ya Rasulullah, Beliau Bersabda: yaitu Dzikrullah Ta’ala..” Hadits ini tidak bertentangan dengan hadits-hadits yang menjelaskan tentangkeutamaan jihad, bahwa jihad itu lebi utama daripada dzikir, lantaran bahu-membahu yang di maksud dengan dzikir yang lebih utama dari jihad itu ialah dzikir pengecap dan hati disertai renungan wacana makna dzikir itu dan konsentrasi pikiran mengagungkan Allah. Dzikir semacam itu labih utma daripada jihad, sedangkan jihad yang lebih utama daripada dzikir itu ialah dzikir dengan verbal saja.
Menurut Ibnu Arabi, “Tidak dalam suatu amal shaleh melainkan dzikir itu disyaratkan dalam memilih sahnya amal shaleh itu. Oleh lantaran itu, barang siapa yang tidak berdzikir kepada Allah sewaktu mengeluarkan sedekah atau sewaktu pusanya, maka itu tidak akan menjadi amal yang sempurna. Oleh lantaran itu dzikir menjadi lebih utama daripada semua amal dilihat dari sei ini, Sabda Rasulullah yang artinya:
“Niat orang yang beriman itu lebih baik daripada amalnya.”