Judul : Karaktersistik Siswa Sd Dalam Mencar Ilmu Matematika
link : Karaktersistik Siswa Sd Dalam Mencar Ilmu Matematika
Karaktersistik Siswa Sd Dalam Mencar Ilmu Matematika
Guru dalam rnerencanakan dan melaksanakan pembelajaran terlebih dahulu harus memahami karakteristik siswa, alasannya ialah siswa merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi keberhasilan pebelajaran. Menurut Hudajo (2001 : 107), "Belajar akan efektif dan efisien, kalau kesiapan mental siswa diperhitungkan".Menurut Piaget anak usia sekolah dasar berada pada tahap operasional konkret. Seperti tahap proses berguru Bruner yang terdiri dari tiga tahap yaitu :
1. Tahap Enaktif
Pada tahap ini siswa secara eksklusif terlibat dalam memanipulasi (mengotak-atik) objek.
2. Tahap Ikonik
Pada tahap ini siswa melaksanakan acara yang berafiliasi dengan mental yang merupakan gambar dari objek-objek yang dimanipulasinya.
3. Tahap Simbolik
Pada tahap ini siswa memanipulasi symbol-simbol atau lambing-lambang objek tertentu.
Sedangkan Van Hiele menguraikan tahap-tahap perkembangan mental khusus dalam bidang geometri yaitu yang terdiri dari lima tahap diantaranya :
1. Tahap Penganalan (Visualisasi)
Pada tahap ini siswa mulai berguru mengenal suatu bentuk geometri secara keseluruhan, namun belum bisa mengetahui adanya sifat-sifat dari bentuk geometri yang dilihatnya.
2. Tahap Analisis
Pada tahap ini siswa mulai mengenal sifat-sifatyang dimiliki benda geometri yang diamati. Ia sudah bisa menyebutkan keteraturan yang terdapat pada benda geometri itu.
3. Tahap Pengurutan (Deduksi Informal)
Pada tahap ini siswa mulai bisa melaksanakan penarikan kesimpulan, yang kita kenal dengan sebutan berpikir deduktif. Namun kemampuan ini belum berkembang secara penuh.
4. Tahap Deduksi
Pada tahap ini siswa sudah bisa menarik kesimpulan secara deduktif, yakni penarikan kesimpulan dari hal-hal yang bersifat umum menuju hal-hal yang khusus. Ia juga telah mengerti betapa pentingnya peranan unsur-unsur yang tidak didefinisikan di samping unsure-unsur yang didefinisikan.
5. Tahap Akurasi
Pada tahap ini siswqa sudah mulai menyadari betapa pentingnya ketepatan dari prinsip-prinsip dasar yang melandasi suatu pembuktian. Tahap ini merupakan tahap berpikir yang tinggi, rumit da kompleks.
Belajar berdasarkan Fontana (Suherman, dkk, 2001 8) ialah "proses perubahan tingkah laris individu yang telatif tetap sebagai hasil dari pengalaman". Pembelajaran berdasarkan Suherman, dkk (2001 8) ialah "upaya penataan lingkungan yang memberi nuansa semoga agenda berguru tumbuh dan berkembang secara optimal". Sedangkan pengertian matematika berdasarkan kurikulum Berbasis Kompetensi, yaitu :
Matematika merupakan materi kajian yang mempunyai konsep abnormal dan dibangun melalui proses budi sehat deduktif, yaitu kebenaran suatu konsep diperoleh sebagai jawaban logis dari kebenaran sebelumnya sudah diterima sehingga keterkaitan antara konsep dalam matematika sangat berpengaruh dan jelas.
Beberapa pengertian di atas sanggup dijadikan dasar bahwa berguru matematika siswa perlu mempunyai pengalaman berguru melalui proses budi sehat dengan memakai metode pembelajaran yang ada. Sejalan dengan tujuan pembelajaran matematika yaitu semoga siswa mempunyai pengalaman berguru secara eksklusif wacana studi aritmatika, geometri, aljabar dan trigonometri. Kemampuan studi itu diharapkan dalam menuntaskan problem yang ada dikehidupan sehari-hari.